Februari 18, 2009

Haemoragie post partum

Pengertian
Perdarahan yang terjadi setelah melahirkan anak dalama 24 jam yang jumlahnya lebih dari 500-600 cc.InsidenPada negara berkembang kasus ini mencapai 5-15 % dari seluruh jumlah persalinan yang terjadi.
Etiologi
1. Atonia uteri (50-60 %).
2. Retensio placenta (16-17%).
3. Sisa placenta (23-24 %).
4. Laserasi jalan lahir (4-5 %).
5. Kelainan darah (0,5-0,8 %).
Predisposisi
Umur (yang terlalu tua atau terlalu muda pada saat melahirkan), paritas (Multi para atau grandemulti), partus lama, obstetri oprastif dan narkose, uterus terlalu tegang dan besar, kelainan pada uterus (myoma uteri), Sosek yang kurang yang dapat menyebabkan malnutrisi.
Diagnosis
1. Palpasi: kontraksi uterus dan TFU.
2. Inspeksi: Uri, ketuban (lengkap atau tidak), aapakah ada robekan di vagina atau adanya varises.
3. Eksplorasi cavum uteri: sisa uri dan ketuban, robekan rahim, placenta suksenturiata.
4. Pemeriksaan laboratoris: DL (Hb), Faal hemostasis, Clot observastion test (COT).
5. Pemeriksaan USG jika diperlukan.
Gejala
Perdarahan yang lebih dari 500-600 cc, kontraksi uterus lemah, uterus lembek (boggy), Sub involusi (fundus uteri naik), muka pucat/ anemis.
Prognosis
Angka kematian ibu mencapai 7,9 % (Mochtar. R), dan menurut Wignyosastro angka kematian ibu mencapai 1,8-4,5% dari kasus yang ada.
Penatalaksanaan
Secara umum untuk kasus perdarahan adalah:
1. Hentikan perdarahan.
2. Cegah terjadinya syock.
3. Ganti darah yang hilang.
Penatalaksanaan khusus:
1. Tahap I (perdarahan yang tidak terlalu banyak): Berikan uterotonika, urut/ massage pada rahim, pasang gurita.
2. Tahap II (perdarahan lebih banyak): Lakukan penggantian cairan (transfusi atau infus), prasat atau manuver (Zangemeister, frits), kompresi bimanual, kompresi aorta, tamponade uterovaginal, menjepit arteri uterina.
3. Bila semua tindakan diatas tidak menolong: Ligasi arteria hipogastrika, histerekstomi.
Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul
1. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan gangguan pembentukan sel darah putih.
Tujuan:Tidak terjadi infeksi selama dalam masa perawatan dengan kriteria:
- Tidak ada tanda-tanda infeksi (tumor, ruborm kalor, dolor dan fungsiolaesa).
- Tanda-tanda vital dalam batas normal (tensi, suhu, nadi dan respirasi).
- Hasil pemeriksaan lab (DL) dalam batas normal.
Rencana:
1. Jelaskan kepada klien tentang tanda-tanda terjadinya infeksi.
R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan klien kooperatif terhadap tindakan keperawatan.
2. Observasi jumlah perdarahan.
R/ Perdarahan yang banyak menyebabkan pertahanan tubuh melemah akibat dari pengeluaran leukosit yang berlebihan.
3. Motivasi klien untuk menjaga kebersihan diri.
R/ Lingkungan yang lembab merupakan media yang baik bagi pertumbuhan kuman yang meningkatkan resiko terjadinya infeksi.
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotika.
R/ Antibiotika yang spesifik dapat membantu untuk mencegah pertumbuhan kuman yang lebh progresif.
5. Observasi tanda-tanda infeksi dan TTV (tensi, suhu, nadi dan pernafasan).
R/ Peningkatan TTV dapat mencerminkan terjadinya infeksi.
2. Resiko terjadinya anemia berhubungan dengan efek dari perdarahan.
Tujuan:Tidak terjadi anemia selama dalam masa perawatan dengan kriteria:
- Hb > 10 gr %.
- Konjungtiva tidak anemis.
- Mukosa tidak pucat.
Rencana:
1. Identifikasi pengetahuan pasien tentang anemia dan jelaskan penyebab dari anemia.
R/ Pengetahuan yang cukup memudahkan pasien untuk kooperatif terhadap tindakan keperawatan.
2. Anjurkan pada pasien untuk tirah baring.
R/ Aktivitas yang sedikit akan mengurangi metabolisme sehingga beban suplai oksigen ke jaringan akan menjadi lebih baik.
3. Kolaborasi dalam pemberian nutrisi yang adekuat (Diet TKTP).
R/ Nutrisi merupakan bahan sebagai pembentuk Hb terutama zat besi.
4. Kolaborasi dengan dokter dalam:
- Pemberian koagulantia dan roburantia.
- Pemberian transfusi.
-Pemeriksaan DL secara berkala.
5. Observasi KU pasien, konjungtiva dan keluhan pasien.
3. Resiko terjadinya syock hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang terjadi secara terus menerus.
Tujuan:Tidak terjadi syok selama dalam masa perawatan dengan kriteria:
- Tidak terjadi penurunan kesadaran.
- TTV dalam batas normal.- Turgor kulit baik.
- Perfusi perifer baik (akral hangat, kering dan merah).
- Cairan dalam tubuh balance.
Rencana:
1. Anjurkan pasien untuk lebih banyak minum.
R/ Peningkatan intake cairan dapat meningkatkan volume intrvaskuler yang dapat meningkatkan perfusi jaringan.
2. Observasi TTV tiap 4 jam.
R/ Perubahan TTV dapat merupakan indikator terjadinya dehidrasi secara dini.
3. Observasi terhadap tanda-tanda dehidrasi.
R/ Dehidrasi merupakan awal terjadinya syock bila dehidrasi tidak ditangan secara baik.
4. Observasi intake cairan dan output.
R/ Intake cairan yang adekuat dapat mengimbangi pengeluaran cairan yang berlebihan.
5. Kolaborasi dalam:
- Pemberian cairan infus atau transfusi.
- Pemberian koagulantia dan uterotonika.
- Pemesangan CVP.
- Pemeriksaan BJ Plasma.
4. Resiko terjadinya asidosis metabolik berhubungan dengan penurunan jumlah darah dalam kapiler.
Tujuan:Tidak terjadi asidosis metabolik selama dalam masa perawatan dengan kriteria:
- Hasil BGA dalam batas normal.
- TTV dalam batas normal.
Rencana:
1. Observasi TTV dalam batas normal.
R/ Perubahan TTV merupakan tanda awal deteksi dari terjadinya asidosis.
2. Anjurkan dan motivasi pasien untuk minum yang manis.
R/ Mengurangi pemecahan protein dan lemak yang berlebihan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
3. Kolaborasi dalam
:- Pemeriksaan BGA.
- Pemberian cairan intravena.
5. Self care defisit berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan:Selama dalam masa perawatan kebutuhan aktivitas sehari-hari terpenuhi.
Rencana:
1. Jelaskan pada pasien tentang pentingnya menjaga kebersihan diri.
R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan klien kooperatif terhadap tindakan perawatan yang dilakukan.
2. Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan nutrisi (makan dan minum).
R/ Kelemahan tubuh mengharuskan klien memenuhi kebutuhan dengan bantuan orang lain.
3. Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan kebersihan diri.
R/ Kelemahan tubuh yang terjadi dapat mengakibatkan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan kebersihan perseorangan.
4. Observasi pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hari.
R/ Peningkatan kemampuan pemenuhan kebutuhan sehari-hari dapat mencerminkan berkurangnya kelemahan tubuh.

Leukemia

PENDAHULUAN
Struktur dan Fungsi NormalPertahanan tubuh melawan infeksi adalah peranan utama dari leukosit. Leukosit dibagi dala dua kategori, granulosit dan sel mononuklear (agranulosit). Dalam darah normal, jumlah total lekosit adalah 5.000 sampai 10.000 sel per mm3 pada orang dewasa dan 6000 sampai 17.500 pada bayi, 5.500 sampai 15.500 pada prasekolah, 4.500 sampai 13.500 pada anak sekolah dan 4.500 sampai 11.000 pada remaja.. Sekitar 60% diantarnya adalah granulosit dan 40% sel mononuklear. GranulositDitentukan oleh adanya granula dalam sitoplasmanya. Diameter 2-3 kali lipat dari eritrosit. Dibagi dalam 3 sub grup, yang ditandai dengan perbedaan kemampuannya mengikat warna. Eosinofil memiliki granula berwarna merah terang dalam sitoplasmanya, pada basofil berwarna biru dan yang paling banyak adalah netrofil yang berwarna ungu pucat.Sel-sel menjalani suatu fase proliferasi (pembelahan) mitotik, kemudian diikuti fase pematangan. Waktu yang diperlukan bervariasi untuk tiap-tiap leukosit dari 9 hari untuk eosinofil sampai 12 hari untuk netrofil. Fase tersbut mengalami pertambahan selama masa infeksi. Di dalam sumsum tulang, setelah sel menjadi matang, sel menjadi lebih kecil, intinya berbentuk bulat atau oval.Sumsum tulang memiliki tempat penyimpanan cadangan yang tetap, bila terjadi infeksi, netrofil cadangan akan dimobilisasi dan dilepaskan dalam sirkulasi yang berdiam selama 6 sampai 8 jam. Netrofil berfungsi sebagai pertahanan primer dengan cara pagositosis.Eosinofil berfungsi pagosit lemah. Kelihatannya berfungsi pada reaksi antigen-antibodi dan meningkat pada serangan asma, reaksi obat-obatan dan invasi parasit tertentu.Basofil membawa heparin, faktor-faktor pengaktifan histamin dan platelet dalam granula-granulanya untuk menimbulkan peradangan pada jaringan.Lekosit mononuklear (agranulosit)Terdiri dari monosit dan limposit adalah sel darah putih dengan inti satu lobus dan sitoplasmanya bebas granulasi.Limfosit, diproduksi terutama dalam limpa dan kelenjar timus dari stem sel prekursor yang berasal sebagai stem sel sumsum. Limfosit T bertanggung jawab atas respon kekebalan seluler melaui pembentukan sel yang reaktif antigen. Limfosit B, jika mengalami rangsangan, akan berdiferensiasi menjadi sel-sel plasma yang menghasilkan imunoglobulin.

LEUKEMIA
PengertianLeukemia adalah suatu penyakit neoplastik yang ditandai oleh proliferasi abnormal dari sel-sel hematopoetik.Sel darah putih berasal dari sel stem di sumsum tulang.Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Perubahan tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari kromosom (bahan genetik sel yang kompleks). Penyusunan kembali kromosom (translokasi kromosom) mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel, sehingga sel membelah tak terkendali dan menjadi ganas.Pada akhirnya sel-sel ini menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang menghasilkan sel-sel darah yang normal. Kanker ini juga bisa menyusup ke dalam organ lainnya, termasuk hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal dan otak.B. PenyebabPenyebab dari sebagian besar jenis leukemia tidak diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang dapat menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu:Virus menyebabkan beberapa leukemia pada binatang (misalnya kucing). Virus HTLV-I (human T-cell lymphotropic virus type I), yang menyerupai virus penyebab AIDS, diduga merupakan penyebab jenis leukemia yang jarang terjadi pada manusia, yaitu leukemia sel-T dewasa.Pemaparan terhadap penyinaran (radiasi) dan bahan kimia tertentu (misalnya benzena) dan pemakaian obat antikanker, meningkatkan resiko terjadinya leukemia. Orang yang memiliki kelainan genetik tertentu (misalnya sindroma Down dan sindroma Fanconi), juga lebih peka terhadap leukemia.Faktor genetik dapat dilihat pada tingginya kasus leukemia pada anak kembar monozigot. Faktor lingkungan berupa kontak dengan radiasi ionisasi disertai manifestasi leukemia timbul bertahun-tahun kemudian.

KLASIFIKASI
Berdasarkan morfologik sel, terdapat 5 golongan besar leukemia, sesuai dengan 5 macam heopoetik dalam sumsum tulang, yaitu:
1. Leukemia sistem eritropoetik: mielosis erittremika
2. leukemia sistem granulopoetik: leukemia granulosit atau mielositik.
3. Leukemia sistem trombopoetik: leukemia megakariositik
4. Leukemia sistem limfopoetik: leukemia limfositik
5. Leukemia RES: retikuloendoteliosis atau retikulosis yang dapat berupa leukemia monosik, plasmositik, dsb.Terdapat 4 jenis utama leukemia, yang diberi nama berdasarkan kecepatan perkembangan penyakit dan jenis sel darah putih yang terkena:JenisPerkembangan penyakitSel darah putih yg terkenaLeukemia Limfositik (limfoblastik) AkutCepatLimfositLeukemia Mieloid (mielositik, mielogenous, mieloblastik, mielomonositik) AkutCepatMielositLeukemia Limfositik Kronik termasuk sindroma Sézary dan leukemia sel berambut)LambatLimfositLeukemia Mielositik (mieloid, mielogenous, granulositik) KronikLambatMielositPada anak yang sering ditemukan adalah leukemia limfositik akut (LLA). Jenis lain seperti leukemia mieloblasitik akut (LMA), leukemia limfositik kronik (LLK), leukemia mieloblasitik kronik (LMK), mielositik eritremik (ME), jarang ditemukan.Berdasarkan jumlah leukosit dalam darah tepi, leukemia akut dapat dibagi menjadi: leukemia aleukemik (<> 25.000/mm3).D. InsidenWalaupun menyerang kedua jenis kelamin, tetapi pria terserang sedikit lebih banyak. Leukemia granulositik atau mielositik ditemukan pada orang dewasa semua umur. Leukemia limfositik lebih menyolok pada anak-anak di bawah umur 15 tahun, dengan puncaknya antara umur 2-4 tahun. Pada anak yang sering ditemukan adalah leukemia limfositik akut (LLA).ALL (Acute Lymphoid, lymphocitic Leukimia):1. Leukimia adalah jenis kanker anak yang paling umum terjadi; ALL bertanggung jawab untuk 80% kasus leukimia pada anak2. Insidensi paling tinggi terjadi pada anak yang berusia antara 3 – 5 tahun3. Anak perempuan menunjukkan prognosis yang lebih baik daripada anak laki-laki4.
Anak kulit hitam mempunyai frekuensi remisi yang lebih sedikit dan angka kelangsungan hidup (survival rate) rata-rata yang juga lebih rendahANLL (Acute Non Lymphoid Leukimia):
1. Tidak ada usia insidens puncak
2. ANLL mencakup 15% - 25% kasus leukimia pada anak
3. Risiko terkena penyakit ini meningkat pada anak yang mempunyai kelainan kromosom bawaan seperti down sindrom
4. Lebih sulit dari ALL dalam hal menginduksi remisi (angka remisi 70%)
5. Remisinya lebih singkat daripada anak-anak dengan ALL
6. 50% anak yang mengalami pencangkokan sumsum tulang memiliki remisi berkepanjangan.

PATOFISIOLOGI
Leukemia diduga mulai sebagai suatu proliferasi local dari sel neoplastik, timbul dalam sumsum tulang dan limfe noduli (dimana limfosit terutama dibentuk) atau dalam lien, hepar dan tymus. Sel neoplastik ini kemudian disebarkan melalui aliran darah yang kemudian tersangkut dalam jaringan pembentuk darah dimana terus terjadi aktifitas proliferasi, menginfiltrasi banyak jaringan tubuh, misalnya tulang dan ginjal.
Gambaran darah menunjukan sel yang inmatur. Lebih sering limfosit dan kadang-kadang mieloblast.Adanya priliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga menimbulkan anemia dan trombositopenia. System etikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan system pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi.
Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ, system syaraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum tulang yang akan berdampak pada penurunan leukosit, eritrosit, faktor pembekuan dan peningkatan tekanan jaringan.

Konsep teori lansia


Batasan Lansia
Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun
Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun
Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun
Proses Menua
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua (Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemuduran secara fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat dan kurang gairah.
Meskipun secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai organ, tetapi tidak harus menimbulkan penyakit oleh karenanya usia lanjut harus sehat. Sehat dalam hal ini diartikan:


  • Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial,

  • Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari,

  • Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat (Rahardjo, 1996)
    Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan – perubahan yangmenuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus – menerus. Apabila proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbullah berbagai masalah.

Hurlock (1979) seperti dikutip oleh MunandarAshar Sunyoto (1994) menyebutkan masalah – masalah yang menyertai lansia yaitu:
Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain,
Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola hidupnya,
Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal atau pindah,
Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah banyak dan
Belajar memperlakukan anak – anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan dengan perubahan fisk, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik yang mendasar adalah perubahan gerak.
Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat terhadap diri makin bertambah. Kedua minat terhadap penampilan semakin berkurang. Ketiga minat terhadap uang semakin meningkat, terakhir minta terhadap kegiatan – kegiatan rekreasi tak berubah hanya cenderung menyempit. Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi pada diri usia lanjut untuk selalu menjaga kebugaran fisiknya agar tetap sehat secara fisik. Motivasi tersebut diperlukan untuk melakukan latihan fisik secara benar dan teratur untuk meningkatkan kebugaran fisiknya.
Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa perubahan yang dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya terhadap perubahan tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola hidupnya. Bagaimana sikap yang ditunjukkan apakah memuaskan atau tidak memuaskan, hal ini tergantung dari pengaruh perubahan terhadap peran dan pengalaman pribadinya. Perubahan ynag diminati oleh para lanjut usia adalah perubahan yang berkaitan dengan masalah peningkatan kesehatan, ekonomi/pendapatan dan peran sosial (Goldstein, 1992)
Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri – ciri penyesuaian yang tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979, Munandar, 1994) adalah:
Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya.
Selalu mengingat kembali masa lalu
Selalu khawatir karena pengangguran,
Kurang ada motivasi,
Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik, dan
Tempat tinggal yang tidak diinginkan.
Di lain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah: minat yang kuat, ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas, menikmati kerja dan hasil kerja, menikmati kegiatan yang dilkukan saat ini dan memiliki kekhawatiran minimla trehadap diri dan orang lain.

taken from :http://www.ningbai.blogspot.com

Februari 12, 2009

Perang badar Kubra 2

dakwatuna.com - Rasulullah saw. keluar untuk mencegat kafilah Quraisy yang membawa harta dagangan. Beliau benar-benar tidak mengetahui keberadaan pasukan Quraisy yang sedang bergerak mendatanginya. Beliau pun tinggal di luar kota Madinah, sambil mempersiapkan pasukan dan mengembalikan mereka yang tidak memiliki kemampuan untuk berperang.
Kekuatan Kaum Muslimin
Pasukan kaum muslimin di bawah kepemimpinan Rasulullah saw. berjumlah 313 orang. Bersama mereka terdapat 2 ekor kuda, satu milik Zubair bin ‘Awwam dan seekor lainnya milik Miqdad bin ‘Amr, serta 70 unta yang mereka tunggangi secara bergantian.
‘Abdullah bin Mas’ud berkata, ”Ketika Perang Badar, setiap tiga orang dari kami menungganngi seekor unta. Abu Lubabah, ‘Ali, dan Rasulullah saw. bergantian menaiki unta. Ketika giliran Rasulullah saw. untuk berjalan kaki, keduanya berkata, ‘Kami akan menggantikanmu untuk berjalan kaki.’ Rasulullah saw. berkata, ‘Kalian berdua tidaklah sekuat diriku, dan aku tidak lebih membutuhkan pahala dari kalian berdua.’“
Rasulullah saw. mempercayakan panji berwarna putih kepada Mush’ab bin ‘Umair. Sementara di hadapan beliau sendiri terdapat dua buah bendera. Di sebelah kanan beliau terdapat Zubair bin ‘Awwam dan di sebelah kiri terdapat Miqdad bin Al-Aswad, serta di belakangnya terdapat Qais bin Abi Sha’sha’ah.
Kekuatan Kaum Musyrikin
Pasukan musyrikin berhasil memobilisasi 950 orang yang kebanyakan mereka berasal dari Quraisy. Bersama mereka terdapat 200 ekor kuda dan unta dalam jumlah yang sangat banyak sekali untuk mereka tunggangi sekaligus membawa perbekalan dan makanan mereka selama di perjalanan.
Orang-orang musyrikin tidak memiliki seorang pemimpin umum. Hanya saja di antara mereka terdapat dua orang terpandang, yaitu ‘Utbah bin Rabi’ah dan Abu Jahal beserta sekian orang pemuka Quraisy lainnya.
Tahap Intelejin dan Pengintaian
Pasukan muslimin menyusuri jalur yang biasa dilalui oleh kafilah-kafilah dagang yang terbentang di antara Badar dan Kota Madinah. Panjangnya sekitar 60 kilometer. Rasulullah saw. mengutus beberapa orang melakukan pengintaian untuk kepentingan informasi dan keamanan dari kemungkinan serangan tiba-tiba yang kiranya tidak dapat mereka tangani.
Tahap Pertama
Rasulullah saw. mengutus Basbas bin ‘Amr dan ‘Ady bin Abi Zaghba. Mereka pun pergi hingga sampai ke wilayah Badar. Mereka singgah di sebuah bukit dekat dengan sumber air. Lalu mereka mengambil air dan meletakkannya pada tempat air kecil yang mereka bawa lalu meminumnya. Mereka berdua bertugas untuk mengumpulkan informasi. Akhirnya ‘Ady dan Basbas mendengar dua orang anak perempuan dari penduduk sekitar saling berselisih seputar air. Salah seorang dari mereka berkata, ”Besok akan datang rombongan dan aku akan bekerja untuk mereka kemudian aku akan mengganti hari yang seharusnya jadi milikmu.” Mereka berdua kemudian memberitahukannya kepada Rasulullah saw. dan para sahabatnya untuk memberikan analisis atas informasi tersebut.
Tahap Kedua
Kemudian Rasulullah saw. mengutus ‘Ali bin Abi Thalib r.a., Zubair bin ‘Awwam, dan Sa’d bin Abi Waqqash dalam satu regu untuk pergi ke sumber air di Badar sambil mencari informasi. Mereka pun berhasil menawan beberapa orang Quraisy yang bertugas untuk mengambil air. Beberapa dari mereka kemudian masuk Islam, di antaranya budak Bani Hajjaj dan ‘Aridh Abu Yasar budak Bani ‘Ash bin Sa’d. Mereka membawanya kepada Nabi untuk diinterogasi.
Rasulullah saw. menanyai keduanya. Mereka menjawab, ”Kami adalah milik pasukan Quraisy dan kami tidak mengetahui apapun tentang Abu Sufyan.” Rasulullah saw. kembali bertanya, ”Berapa jumlah mereka?” Keduanya menjawab, ”Banyak, kami tidak tahu berapa jumlahnya.” Rasulullah saw. melanjutkan, ”Berapa banyak unta yang mereka sembelih untuk dimakan?” Keduanya menjawab, ”Sembilan, dan hari lainnya sepuluh.” Rasulullah saw. berkata, ”Mereka sekitar 900 sampai 1.000 orang.”
Beliau melanjutkan pertanyaannya, ”Siapa saja pemuka Quraisy yang ikut bersama mereka?” Keduanya menjawab, “’Utbah bin Rabi’ah, Syaibah, Abu Al-Buhturi bin Hisyam, dan Hakim bin Hizam.” Keduanya lalu menyebutkan beberapa orang pemuka Quraisy lainnya. Kemudian Rasulullah saw. berkata, ”Kota Makkah ini telah melemparkan kepada kalian kepingan-kepingan hatinya.” Beliau mengatakannya dengan maksud untuk meyakinkan dirinya sendiri.
Rasulullah Melakukan Pengintaian
Rasulullah saw. pergi bersama Abu Bakar untuk melakukan pengintaian dan pengumpulan informasi. Beliau berjumpa dengan seorang badui yang sudah tua dan bertanya kepadanya tentang perihal Quraisy, Muhammad serta para sahabatnya, dan semua berita yang berhubungan dengan mereka. Orang tua itu pun menjawab, ”Aku tidak akan memberitahu kalian sebelum kalian mengatakan siapa diri kalian berdua?” Rasulullah saw. menjawab, ”Jika engkau memberitahu kepada kami terlebih dahulu, maka kami pun akan mengatakannya kepadamu.” Orang tua itu berkata, ”Atau itu dengan itu?” Rasulullah saw. menjawab, ”Ya.” Orang tua itu berkata, ”Aku dengar bahwa Muhammad dan sahabatnya keluar pada hari fulan. Dan kalau orang yang memberitahuku jujur, berarti hari ini mereka telah sampai di tempat fulan (yaitu di tempat di mana Rasulullah saw. ketika itu berada). Dan aku mendengar bahwa Quraisy keluar pada hari fulan. Dan kalau orang yang memberitahuku jujur, berarti hari ini mereka telah sampai di tempat fulan (yaitu tempat di mana pasukan Quraisy berada.)” Setelah selesai berbicara orang tua itu pun bertanya, ”Dari mana kalian berdua?” Rasulullah saw. menjawab, ”Kami dari Maa` (air)” Kemudian ia pergi meninggalkannya. Orang tua itu kembali bertanya, ”Apa itu Maa`? Apakah Maa` yang ada di Irak?”
Kaum Muslimin Menganalisis Informasi
Semua informasi yang diperoleh dari aktivitas intelejen menunjukkan bahwa rombongan kafilah dagang telah selamat dan pasukan orang-orang musyriklah yang kini berada di hadapan mereka. Pasukan Quraisy sekitar 900 hingga 1.000 orang. Di antara mereka terdapat beberapa orang pemuka Quraisy. Jumlah mereka tidak dapat disepelekan. Lalu apakah yang harus dilakukan umat Islam di hadapan informasi-informasi seperti ini?
Demikianlah kedua pasukan semakin berdekatan dan keduanya sama-sama tidak mengetahui apakah yang akan terjadi di balik pertemuan yang menegangkan itu. Itulah latar belakang meletusnya peperangan pertama di dalam sejarah Islam telah Allah swt. susun sedemikan rupa. Sebuah peperangan antara kebenaran dan kebatilan. Allah swt. berfirman, ”Dan (ingatlah) ketika Allah menjanjikan kepada kalian salah satu dari dua kelompok bahwa ia akan menjadi milik kalian. Kalian berharap bahwa kelompok yang tidak memiliki kekuatanlah yang akan menjadi miliki kalian. Dan Allah swt. ingin menegakkan yang haq dengan kalimatnya, dan memusnahkan orang-orang yang kafir. Agar Ia menegakkan yang hak dan memusnahkan kebatilan meskipun orang-orang berhati durjana tidak menyukainya.” (Al-Anfal: 7-8)
Syuro
Semua yang telah direncanakan kaum muslimin akhirnya berubah. Hal-hal baru yang tak terduga sebelumnya tampak ke permukaan. Oleh karenanya ada penyikapan yang harus dipelajari dengan mengacu kepada beberapa hal berikut:
1. Tujuan pertama kaum muslimin adalah untuk mencegat rombongan kafilah dagang, dan bukan untuk berperang.
2. Minimnya persiapan dan jumlah kaum muslimin ketika itu.
3. Perjanjian yang mengikat antara Rasulullah saw. dan kaum Anshor pada saat itu adalah memberikan pertolongan di Kota Madinah, bukan di luar wilayah tersebut.
Hal-hal inilah yang sekiranya menuntut seorang pemimpin untuk mendengar secara langsung masukan dari para pasukannya. Oleh karena itu, Rasulullah saw. kemudian mengumpulkan orang-orang untuk bermusyawarah.
Beliau berkata, ”Wahai sekalian orang, berikanlah pendapat kepadaku!” Abu Bakar pun berdiri. Kemudian ia berbicara dan memberikan masukan yang baik kemudian. Kemudian ‘Umar berdiri lalu berbicara dan memberikan masukan yang baik. Kemudian Miqdad bin ‘Amr bangkit seraya berkata, ”Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami benar-benar telah beriman kepadamu. Maka laksanakanlah apa yang telah diperintahkan oleh Tuhanmu dan kami akan bersamamu. Demi Allah, kami tidak akan mengatakan kepadamu seperti apa yang telah dikatakan oleh para pengikut Musa kepadanya, ’Pergilah engkau bersama Tuhanmu! Dan berperanglah kalian berdua. Kami akan duduk menunggu di sini.’ Namun kami akan mengatakan, ’pergilah engkau bersama Tuhanmu dan berperanglah kalian berdua. Sesungguhnya kami akan berperang bersama kalian.’ Demi Tuhan yang telah mengutusmu dengan kebenaran, seandainya engkau pergi bersama kami ke wilayah Barkil Ghimaad (di ujung Yaman), niscaya kami akan berperang bersamamu menghadapi orang yang menghalangimu hingga engkau sampai ke sana.”
Lalu Rasulullah saw. berkata kepadanya dengan perkataan yang baik serta mendoakannya. Kemudian beliau kembali meminta, ”Wahai sekalian orang, berikanlah masukan kepadaku!” seakan-akan beliau memintanya dari kalangan Anshor. Ia ingin mendengar pendapat mereka tentang apa yang sedang dihadapainya saat itu. Sa’d bin Mu’adz berdiri dan berkata, ”Demi Allah, wahai Rasulullah, sepertinya engkau menginginkan kami?” Rasulullah saw. menjawab, ”Tepat.” Sa’d berkata, ”Kami benar-benar telah beriman kepadamu, kami membenarkanmu dan bersaksi bahwa engkau membawa kebenaran. Kami berikan untuk semua itu janji dan kesetiaan kami untuk mendengar dan taat. Maka laksanakanlah apa yang engkau mau. Dan kami akan bersamamu. Demi Tuhan yang telah mengutusmu dengan kebenaran, seandainya saja di hadapan kami terdapat lautan, niscaya kami akan menyelaminya bersamamu. Tak seorang pun dari kami yang akan tinggal. Kami tidak enggan untuk bertemu musuh esok hari. Kami adalah kaum yang sabar dalam berperang dan menetapi ketika bertemu musuh. Semoga Allah memperlihatkan kepadamu dari kami apa yang dapat menenangkan pandanganmu. Maka pergilah dengan penuh keberkahan dari Allah!”
Rasulullah saw. pun merasa gembira. Lalu beliau berkata, ”Pergilah kalian dengan penuh keberkahan dari Allah dan berbahagialah karena sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadaku salah satu dari kedua rombongan tersebut. Demi Allah, seakan-akan sekarang aku sedang melihat kematian mereka.”
Syuro Seputara Tempat dan Posisi Pasukan
Ketika Rasulullah saw. hendak bergerak menghadapi pasukan musyrikin dan mendirikan kemah di hadapannya serta mengambil posisi sebagai persiapan sebelum perang, beliau masih terus mendengarkan saran dari para sahabatnya. Hubbab bin Mundzir bin Jamuh berkata, ”Wahai Rasulullah, apakah tempat ini adalah wahyu yang Allah turunkan sehingga kami tidak punya hak untuk bergeser maju ataupun mundur. Ataukah ini hanyalah pendapat pribadi, dan peperangan adalah tipu daya dan strategi?” Rasulullah saw. menjawab, ”Tidak. Ini hanyalah pendapat pribadi, dan peperangan adalah tipu daya dan strategi.” Hubbab kembali berkata, ”Wahai Rasulullah, ini bukanlah lokasi yang tepat. Pergilah bersama beberapa orang hingga kita sampai lebih dekat dengan sumber air, lalu kita singgah di sana. Kemudian kita gali beberapa sumur dan sebuah kolam, lalu kita isi air. kemudian kita perangi mereka. Sehingga kita dapat minum dan mereka tidak.” Rasulullah saw. berkata, ”Engkau benar-benar telah memberikan pendapatmu.”
Rasulullah saw. segera bangkit beserta beberapa orang sahabatnya. Ia pun pergi hingga mendekati sumber air suatu penduduk dan singgah di sana. Lalu beliau memerintahkan sahabatnya untuk membuat sumur dan sebuah kolam besar pada sumur tempat ia singgah serta mengisinya dengan air. Kemudian mereka lemparkan ke dalamnya tempat air. Mereka pun akhirnya mendapatkan sumber air, sementara kaum musyrikin tidak mendapatkannya. Sekelompok orang musyrikin datang sambil menahan perih karena kehausan. Mereka ingin mengambil air dan meminumnya. Seluruhnya terbunuh pada saat Perang Badar, kecuali Hakim bin Hizam yang sempat masuk Islam setelah itu. Ia begitu bersyukur kepada Allah swy. atas keselamatan dirinya pada saat Perang Badar. Karena kalau tidak, niscaya saat itu ia mati dalam keadaan kafir.
Allah swt. Ingin Memenangkan Kebenaran
Tidak diragukan lagi bahwa pertempuran antara pasukan muslimin dan musyrikin akan menjadi sebuah pertempuran yang sangat dahsyat. Karena orang-orang Quraiys dengan kesombongannya ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk membinasakan Rasulullah saw. dan sahabat-sahabatnya sehingga hukum paganisme menjadi satu-satunya aturan hukum yang berlaku. Namun demikian, Allah swt. menginginkan agar kekuatan kaum muslimin yang telah dibangun di Kota Madinah dan dilatih sedemikian rupa sehingga berhasil melahirkan pasukan-pasukan yang kokoh mampu mengepakkan debu di medan perang, setelah selama lima belas tahun berada di bawah tekanan penindasan dan kelaliman serta membela akidah dan dakwah yang mereka bawa.
Oleh karenanya, terlihat kemudian bahwa pertemuan antara keduanya benar-benar akan menyisakan kepahitan dan keperihan yang teramat sangat. Namun di balik semua ini, Allah swt. ingin menghancurkan kekuatan pendukung kebatilan dan meninggikan kebenaran dan para pembelanya.
”Dan (ingatlah) ketika Allah swt. menjanjikan kepada kalian salah satu dari dua kelompok bahwa ia akan menjadi milik kalian. Kalian berharap bahwa kelompok yang tidak memiliki kekuatanlah yang akan menjadi miliki kalian. Dan Allah swt. ingin menegakkan yang haq dengan kalimatnya, dan memusnahkan orang-orang yang kafir. Agar Ia menegakkan yang hak dan memusnahkan kebatilan meskipun orang-orang berhati durjana tidak menyukainya.”
“(yaitu hari) ketika kalian berada di pinggir lembah yang dekat, sementara mereka berada di lembah yang jauh sedang kafilah itu berada di bawah kalian. Sekiranya kalian mengadakan persetujuan (untuk menentukan hari pertempuran), nicaya kalian akan berselisih pendapat dalam menentukannya. Akantetapi (Allah mempertemukan kedua pasukan itu) agar Ia melakukan suatu urusan yang harus dilaksanakan. Yaitu agar orang yang binasa itu akan mendapatkan kebinasaannya atas dasar keterangan yang jelas dan agar orang yang hidup itu mendapatkan kehidupannya atas dasar keteranan yang jelas. Dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”
“(Yaitu) ketika Allah menampakkan mereka di dalam mimpimu (dalam jumlah yang) sedikit. Dan sekiranya Allah memperlihatkan mereka kepadamu (dalam jumlah yang) banyak, tentu saja kamu menjadi gentar dan berbantah-bantahan dalam hal tersebut. Akantetapi Allah telah menyelamatkamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala yang apa yang terdapat di dalam hati. Dan ketika Allah menampakkan mereka kepada kalian, seketika itu kalian berjumpa dengan mereka dalam jumlah yang sedikit di hadapan matamu. Sementara Allah menampakkanmu dalam jumlah yang sedikit di mata mereka. Karena Allah hendak melakukan satu urusan yang harus dilaksanakan. Dan hanya kepada Allah lah segala urusan dikembalikan”

Perang Badar

  • Perang Badar Kubra (bagian 1) Oleh: Tim dakwatuna.com

    Rasulullah saw. dan generasi awal umat ini benar-benar menyadari bahwa masyarakat paganis ekstrim dari keturunan Quraisy –dan semua kelompok yang sejenis dengannya– tidak akan pernah membiarkan umat Islam begitu saja memperoleh kebebasan beragama mereka di Kota Yatsrib, setelah sebelumnya mereka diusir beramai-ramai dari Kota Makkah dan sekitarnya. Untuk ini, umat Islam pun mempersiapkan segalanya. Di Kota Madinah mereka berlatih agar mereka tidak lagi dilecehkan. Selain agar orang musyrikin maupun kabilah-kabilah lainnya, sadar akan kekuatan Islam yang selama ini tersebunyi. Inilah yang sekiranya dapat menggetarkan mereka sehingga mereka tidak menyerang umat Islam di Kota Madinah. Lebih dari itu, hal ini agar masyarakat Quraisy paham bahwa orang-orang Muhajirin yang selama ini lari dari tekanan penindasan bukanlah pada posisi yang lemah dan hina. Namun kini mereka telah berubah menjadi satu komunitas yang kuat yang mampu menggetarkan dan patut diperhitungkan.

    Latihan dan Persiapan Berkala
    Rasulullah saw. segera melatih para sahabatnya dan mengutus mereka untuk melakukan pengintaian di sekitar Kota Madinah secara berkala. Tujuannya adalah sebagai latihan, eksplorasi, dan persiapan peperangan. Beberapa tugas yang pernah beliau delegasikan kepada para sahabat antara lain:
    Pasukan yang dipimpin oleh Hamzah bin ‘Abdul Muththalib. Mereka sebanyak 30 orang penunggang dari kalangan Muhajirin. Mereka diutus hingga daerah Al-‘Iish di tepi laut.
    Pasukan yang dipimpin oleh ‘Ubaidah bin Harits. Mereka sebanyak 60 orang penunggang dari kalangan Muhajirin sampai ke daerah Raabigh.
    Pasukan yang dipimpin oleh Sa’d bin Abi Waqqash dengan kekuatan pengintai berjumlah 80 orang Muhajirin dan bertugas sepanjang jalan yang menghubungkan Makkah dan Madinah.
  • Perang Wuddan. Pasukan di bawah pimpinan Rasulullah saw. berjumlah 200 orang penunggang dan pejalan kaki berjalan hingga daerah Wuddan. Pada peperangan ini Rasulullah saw. mengadakan perjanjian dengan Bani Dhamrah. Salah satu tujuan peperangan ini adalah untuk membangun sebuah aliansi dengan kabilah-kabilah yang selama ini menguasai jalur yang menghubungkan antara Kota Makkah dan Madinah.
  • Perang ‘Usyairah. peperangan dengan jumlah pasukan sebanyak 200 orang penunggang dan pejalan kaki di bawah kepemimpinan Rasulullah saw. Tujuan dari peperangan ini adalah untuk menunjukkan kekuatan kaum muslimin di hadapan orang-orang musyrikin serta membangun kesepahaman dengan kabilah-kabilah yang terdapat di daerah jalur perdagangan orang Quraisy di antara Kota Makkah dan Madinah.
  • Perang Buwaath. Peperangan dengan jumlah pasukan sebanyak 200 orang penunggang dan pejalan kaki di bawah kemimpinan Rasulullah saw. Tujuannya adalah untuk bisa sampai ke daerah Buwaath dari sisi gunung Radhwa ke jalur perdagangan Quraisy di antara kota Makkah dan Madinah, selain untuk menekan kegiatan perdagangan mereka.
    Pasukan di bawah pimpinan ‘Abdullah bin Jahsy. Pengintaian berkekuatan delapan orang dari kalangan Muhajirin. Bersama itu, ‘Abdullah membawa sepucuk surat dari Rasulullah saw. Beliau berpesan untuk tidak membuka surat tersebut kecuali dua hari setelah mereka melakukan perjalanan. Ketika surat itu dibuka, di dalamnya terdapat tulisan, ”Jika engkau telah membaca surat ini, maka teruslah berjalan hingga engkau sampai di sebuah pohon kurma yang terletak di antara Makkah dan Thaif. Lalu perhatikan gerak-gerik orang Quraisy dan berikan informasinya kepada kami.” Abdullah segera berangkat hingga akhirnya ia sampai di sebuah pohon kurma. Sebuah kafilah Quraisy lewat dan langsung di serang oleh kaum muslimin. Pada peperangan ini, orang-orang musyrikin yang tewas antara lain ‘Amr bin Hadhrami, sementara kaum muslimin berhasil menawan dua orang dari kalangan musyrikin, namun yang keempat berhasil melarikan diri.
  • Perang Badar Pertama. Prediksi Rasulullah saw. dan para sahabat tentang kaum musyrikin benar-benar menjadi sebuah kenyataan. Tak lama setelah beliau menetap di Kota Madinah, orang-orang musyrikin di bawah pimpinan Karz bin Jabir Al-Fihry melakukan penyerangan terhadap ladang pengembalaan hewan milik orang Madinah dan merampas beberapa ekor unta dan kambing milik kaum muslimin. Rasulullah saw. pun segera bergerak untuk mengusir agresor tersebut dan merebut kembali unta maupun kambing milik kaum muslimin yang sempat mereka rampas. Pasukan perang kaum muslimin di bawah pimpinan Rasulullah saw. ketika itu bergerak sampai ke daerah Wadi Sufyan, dekat dengan Badar. Namun demikian mereka tidak dapat mengejar agresor musyrikin sehingga mereka pun harus kembali tanpa ada peperangan.
    Latar Belakang Perang Badar Kubra
    Perang Badar yang meletus antar kaum muslimin dan orang-orang musyrik dipicu oleh beberapa sebab, di antaranya:
    1. Pengusiran Kaum Muslimin dari Kota Makkah Serta Perampasan Harta Benda Mereka
    Genderang perang terhadap kaum muslimin sebenarnya sudah ditabuh oleh orang-orang musyrikin sejak Rasulullah saw. mengumandangkan risalah dakwah yang ia bawa. Mereka menghalalkan darah kaum muslimin dan harta benda mereka di kota Makkah, khususnya terhadap orang-orang Muhajirin. Mereka rampas rumah dan kekayaan kaum Muhajirin. Orang islam pun melarikan diri dan menukarnya dengan keridhoan Allah swt. Kita dapat melihat sendiri bagaimana orang kafir Quraisy merampas dan menguasai harta benda Shuhaib sebagai imbalan diizinkannya ia untuk berhijrah ke Madinah. Kita pun dapat menyaksikan bagaimana mereka menduduki rumah-rumah dan peninggalan kaum muslimin yang ditinggal oleh pemiliknya.
    2. Penindasan Terhadap Umat Islam Hingga Kota Madinah
    Apa yang dilakukan orang Quraisy terhadap umat Islam ternyata tidak hanya ketika mereka berada di Kota Makkah. Di bahwa pimpinan Kurz bin Habbab Al-Fihri, mereka memprovokasi kaum musyrikin lainnya untuk menyerang, menteror, dan menguasai harta benda milik kaum muslimin yang ada di Kota Madinah (sebagaimana yang terjadi pada Perang Badar Shughra). Oleh karena itu, sudah sewajarnya apabila orang-orang musyrik menerima balasan atas semua permusuhan dan penindasan mereka terhadap umat Islam selama ini. Mereka begitu sadar bahwa banyak kepentingan dan hasil perdagangan mereka yang akan berpindah ke tangan orang-orang Islam di sana, selain bahwa kini Islam telah memiliki pasukan dan wilayah yang mampu memberikan perlawanan atas kewenang-wenangan, menegakkan kebenaran dan menumbangkan kebatilan meskipun orang-orang yang berhati durjana tidak menyukainya.
    3. Memberi Pelajaran Kepada Quraisy dan Mengembalikan Harta Benda Milik Umat Islam
    Oleh karena itu, begitu Rasulullah saw. mendengar bahwa kafilah dagang Quraisy yang dipimpin oleh Abu Sufyan bin Harb dan ‘Amr bin Al-‘Ash bersama 40 orang bergerak dari Syam membawa harta orang-orang Quraisy yang keseluruhannya mencapai seribu ekor unta, maka beliau pun segera mengajak kaum muslimin untuk bergerak mendatanginya. Rasulullah saw. mengatakan, ”Ini adalah perdagangan Quraisy. Maka keluarlah kalian, semoga Allah swt. akan memberikannya kepada kalian.Mendengar seruan ini, sebagian kaum muslimin menyambutnya sementara yang lainnya merasa sedikit berat dengannya. Mereka menggangap bahwa ketika itu Rasulullah saw. tidak bermaksud mengumandangkan sebuah peperangan. Karena beliau mengatakan, ”Barangsiapa yang saat ini memiliki tunggangan, maka hendaklah ia ikut bersama kami.” Beliau tidak menunggu sahabat yang tunggangannya tidak ada pada saat itu.
    Sekilas Sejarah Perang Badar
    Ibnu Ishaq berkata, ”Rasulullah saw. pergi pada beberapa malam di bulan Ramadhan bersama sahabat-sahabatnya.” Ibnu Hisyam berkata, ”Beliau pergi pada hari Senin setelah delapan hari dari bulan Ramadhan. Beliau mengangkat ‘Amr bin Ummi Maktum (dalam riwayat namanya adalah ‘Abdullah bin Ummi Maktum) untuk menjadi imam di Madinah, dan mengangkat Abu Lubabah sebagai pemimpin sementara kota Madinah.”
    Jumlah pasukan kaum muslimin pada saat itu hanyalah 313 orang: 240-an orang dari kalangan Anshor, sisanya dari kalangan Muhajirin. Mereka membawa 2 ekor kuda dan 70 ekor unta. Sementara panji kaum muslimin di bawa oleh Mus’ab bin ‘Umair. Peristiwa Badar sendiri meletus pada hari Jumat pagi tanggal 17 Ramadhan.
    Prediksi Abu Sufyan tentang Pasukan Islam
    Waktu itu Abu Sufyan terkenal sebagai seorang yang begitu ambisius dan cerdik. Ia selalu memperhitungkan segala macam kemungkinan dan resiko yang dapat terjadi. Ia tahu benar apa yang telah dilakukan penduduk Quraisy terhadap kaum muslimin selama ini. Ia pun begitu menyadari akan kekuatan umat islam yang semakin hari semakin mengalami peningkatan dan perkembangan. Ia mengorek informasi dari setiap rombongan orang yang ditemuinya sebagai bukti kekhawatirannya atas perdagangannya berikut harta orang-orang Quraisy yang dibawanya. Hingga akhirnya ia mendengar kabar dari beberapa orang yang ditemuinya bahwa Nabi Muhammad telah memobilisasi sahabat-sahabatnya untuk mencegat rombongan yang sedang membawa harta perdagangan. Mendengar hal ini, ia pun segera berhati-hati dan mengambil jalur perjalanan yang lain seraya mengirim utusan kepada penduduk Quraisy yang ada di Kota Makkah untuk meminta bantuan.
    Mobilisasi Suku Quraisy
    Abu Sufyan menyewa Dhamdham bin ‘Amr Al-Ghifari agar segera menemui orang-orang Quraisy dan memberitahu mereka situasi yang tengah terjadi. Ia pun bergegas menunggangi untanya. Dengan berteriak ia berkata, ”Wahai orang-orang Quraisy! Harta kalian bersama Abu Sufyan terancam oleh Muhammad dan sahabat-sahabatnya. Kulihat kalian tidak akan memperolehnya. Tolonglah… tolonglah!”
  • Mendengar berita ini, fanatisme mereka pun berkobar. Mereka begitu khawatir akan perdagangan mereka. Dengan cepat mereka bergerak. Semuanya pergi kecuali Abu Lahab bin ‘Abdul Muththalib. Ia mengirim Al-‘Ash bin Hisyam bin Al-Mughirah sebagai pengganti. Orang-orang Quraisy sepakat untuk bersama-sama pergi baik dalam keadaan susah maupun lapang. Di depan barisan mereka terdapat biduan wanita yang bernyanyi mendendangkan hinaan dan celaan bagi umat Islam.
    “Dan (ingatlah) ketika setan memperindah perbuatan-perbuatan mereka dan membisikkan bahwa tidak ada yang akan mengalahkan kalian pada hari ini, dan aku akan benar-benar menjadi pelindung kalian.”
    Selamatlah Kafilah Dagang Quraisy
    Abu Sufyan tidak hanya berpangku tangan menanti uluran bantuan dari penduduk Quraisy. Ia curahkan segenap kepiawaian yang ia miliki agar mereka tidak jatuh ke tangan kaum muslimin. Semua informansi dan peristiwa yang ada ia kumpulkan dan dianalisis hingga akhirnya ia tahu kapan pasukan muslimin pergi menghadang kafilah dagang mereka.
    Diriwayatkan bahwa Abu Sufyan bertemu dengan Majdi bin ‘Amr dan bertanya kepadanya, ”Apakah engkau berjumpa dengan seseorang?” Ia menjawab, ”Aku tidak menjumpai seorang pun yang tidak kukenal kecuali dua orang penunggang unta yang berhenti di bukit itu. Kemudian mereka mengambil air dan meletakkannya di tempat air mereka lalu pergi.” Abu Sufyan mendatangi tempat tersebut dan mengambil beberapa buah sisa kotoran hewan mereka. Lalu ia pisahkan dan di dalamnya terdapat biji. Ia berkata, ”Demi Tuhan, ini adalah makanan hewan penduduk Yatsrib (Madinah).” Ia pun akhirnya tahu bahwa kedua orang tersebut tak lain adalah sahabat Nabi Muhammad saw. dan pasukan kaum muslimin ternyata sudah begitu dekat dari tempat.”Abu Sufyan segera kembali ke tengah kafilah sambil memukuli mukanya. Ia alihkan jalur perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain, yaitu pesisir pantai demi menghindari daerah Badar menuju ke kiri sehingga kafilah pun terselamatkan.
    Sikap Keras Kepala Kaum Musyikin untuk Berperang
    Pasukan musyrik Quraisy bergerak dengan penuh kesombongan di tengah hamparan padang pasir, di antara sekian banyak kabilah Arab yang terdapat di sepanjang jalur yang menghubungkan Kota Makkah dan Madinah diiringi nyanyian biduan wanita. Mereka begitu bangga dengan kekuatan dan pasukan yang ada. Mereka bermaksud hendak menyelamatkan Abu Sufyan dan kafilah dagang dari tangan umat Islam. Namun ternyata kafilah tersebut telah terselamatkan. Abu Sufyan sendiri yakin bahwa ia telah berhasil menyelamatkan kafilah dagang mereka dari kepungan dan incaran umat Islam. Ia pun mengirim pesan kepada pasukan Quraisy, ”Sesungguhnya kalian keluar untuk melindungi perdagangan, orang-orang, dan harta benda kalian. Mereka semuanya telah terselamatkan. Maka kembalilah!” Utusan Abu Sufyan pun akhirnya bertemu dengan pasukan Quraisy di perjalanan. Ia sampaikan berita selamatnya kafilah dagang mereka. Mendengar berita ini Abu Jahal berkata, ”Demi Tuhan! Kita tidak akan kembali kecuali setelah sampai di Badar dan tinggal di sana selama tiga hari. Kita akan memotong hewan sembelihan, memberi makan, menuangkan khamr, dan mendengarkan lagu dari para biduan. Dan orang-orang Arab pun akan mendengar ekspedisi dan perkumpulan kita ini sehingga mereka akan senantiasa segan kepada kita untuk selama-lamanya

The Messenger Of Peace


Sineas Hollywood Oscar Zoghbi akan memproduski film berjudul “The Messenger of Peace” yang menceritakan tentang kelahiran Islam dan kehidupan Rasulullah Muhammad saw. Film ini akan menampilkan kehidupan pada masa Rasulullah dan pembuatannya akan mengambil lokasi di Makkah dan Madinah, Arab Saudi.
“Film ini bukan film tentang perpecahan dan konflik, tapi secara menyeluruh akan fokus pada kekayaan nilai-nilai yang selama ini dikenal secara umum bagi semua Muslim, seperti rasa kasih sayang dan toleransi,” kata Zoghbi.
Ia juga menegaskan tidak akan memvisualkan sosok Rasulullah dalam filmnya dan ia menyadari sensitiftas serta tantangan dalam pembuatan film ini. Sebelum ini, Zoghbi pernah terlibat dalam pembuatan film yang bertema sama, yaitu film “The Message” yang diproduksi tahun 1976.
Film “The Message” sempat memicu kontroversi karena pemeran utamanya, Anthony Quinn diisukan memerankan tokoh Rasulullah. Isu itu tidak terbukti, karena tokoh Rasulullah dan sahabat-sahabatnya tidak ditampilkan sosoknya secara utuh menghadap kamera, tapi hanya dipedengarkan suara dialognya saja.
Produser film “The Messenger of Peace” Ramsey Thomas mengatakan, film ini akan menjadi film kedua yang dibuat oleh Barat, dengan menggunakan bahasa Inggris, yang menampilkan potret kehidupan di awal dakwah Islam. “Di abad 21, ada kebutuhan akan sebuah film yang secara emosional bisa membuat para penontonnya mengingat kembali pada perjalanan lahirnya agama Islam,” kata Thomas yang juga merangkap sebagai penulis skenario.
Hal serupa diungkapkan oleh produser eksekutif “The Messenger of Peace” Haji Subhia Abu Alheja. Ia mengatakan, selama lebih dari tiga dekade, hanya film “The Message” satu-satunya film Hollywood yang mengisahkan tentang lahirnya agama Islam.
Lebih lanjut, Thomas mengatakan film ini nantinya juga akan disulihsuarakan dengan ke dalam sejumlah bahasa, terutama bahasa Arab. Baik Thomas maupun Abu Elheja meyakini, media massa dan industri sinema bisa membantu menjembatani jurang yang dalam antara dunia Islam dan masyarakat Barat, terutama sejak peristiwa serangan 11 September di AS.
(sumber : www.eramuslim.com)

ARRASUUL QUDWATUNAA

Ditulis pada Juni 29, 2008 oleh harnawatiaj
Rasuulu Qudwatunaa => Rasulullah SAW Teladan Kami
Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah dan Penyayang
Assalamu’alaikum wa rahmatullah wa barakatuh
Saudara-saudariku yang dikasihi,
Rasulullah adalah anutan yang sempurna dengan teladan-teladan tinggi yang melebihi semua keluhuran dan kebesaran manusia. Beliau masih dan akan tetap menjadi mercusuar yang menerangi ufuk kegelapan dan celah-celah kejahilan. Walaupun zaman terus beredar dan silih berganti, namun manusia tetap dan masih mendapatkan dalam kepribadian Muhammad SAW contoh teladan yang sempurna dan mulia sebagai menara yang melangit menunjuki jalan-jalan kehidupan.
Allah Ta’ala berfirman:
“Allah lebih mengetahui dimana Dia menempatkan tugas kerasulan.”
(Al-An’aam 124)
Keagungan keteladanan yang sempurna hanya dimiliki Rasulullah SAW pembawa risalah abadi ini, kesempurnaannya menyeluruh dan universal, baik yang berhubungan dengan masalah ibadah ataupun kezuhudan, atau yang menyangkut kepatuhan maupun kesabaran atau yang berkaitan dengan kekuatan dan keberanian,atau dalam masalah politik dan keteguhannya terhadap prinsip-prinsip hidup. Ini semua perlu kita selami bersama agar kita dapat minum dari air samudra kebesarannya dan telaga kesempurnaannya, mengisi perut kita yang sedang haus ini, membersihkan dan mensucikan kotoran-kotoran yang masih lengket di tubuh kita, dengan harapan agar kita menjadi manusia yang suci yang bermental dan menteladani Rasulullah.
PERINTAH MENGIKUTI TUNTUNAN ALLAH DAN RASULNYA UNTUK MEMPEROLEH KEBAHAGIAAN HIDUP YANG ABADI
“Wahai orang-orang yang beriman sambutlah seruan Allah dan Rasul apabila menyeru kalian untuk (keselamatan) hidup kalian. Ketahuilah bahwa Allah memisahkan antara manusia dengan hatinya, dan sesungguhnya kepadaNya kalian akan dikumpulkan. Dan jagalah diri kalian dari siksaan yang menimpa tidak khusus pada orang-orang yang zhalim diantara kalian saja. Dan ketahuilah! Sesungguhnya Allah sangat keras siksaanNya.”
Q.S.8 Al-Anfal 24-25)

ALLAHUGHAYATUNA

Ditulis pada Juni 30, 2008 oleh harnawatiaj
Assalamualaikum wr wb.
Saudara-saudaraku yang dikasihi Allah,
Allahu ghayatuna -> Allah tujuan kitaDi tengah-tengah kesibukan dunia sekarang ini,
masing-masing dari kita pasti disibukkan dengan seabrek aktifitas :
pekerjaan kantor, tugas-tugas kuliah, presentation, etc.
Sering-sering dalam kesibukan semacam ini
waktu seolah-olah kurang saja.
"I wish there were 30 hours in a day!",
itu yang sering terbayang apabila tugas belum selesai,
padahal due time hampir tiba.
Malam menjadi siang, siang menjadi siang.
Masing-masing dari kita pasti pernah mengalami stress semacam ini.
Elok sekali,
dalam keadaan semacam ini saya hendak mengingatkan diri saya sendiri
dan Saudara-saudaraku semua:
Apa sih yang hendak kita tuju dalam hidup ini?
Apa tujuan kita dalam hidup?
- to get a high degree of education?
- to get a good job?
- to get a beautiful wife (handsome husband)?
- to be influencial?
- to get rich?
- ???Saudara-saudaraku yang dikasihi,
Mungkin tujuan-tujuan hidup yang saya sebutkan di atas
ada di pikiran kita.
Itu wajar saja, as human being.
Akan tetapi,
perlu kita sadari bahwa itu semua hanyalah tujuan temporer saja.
Ada tujuan kita yang lebih suci,
yang lebih agung,
dan yang lebih mendasar;
karena tujuan yang satu ini mencakupi dan
melandasi tujuan-tujuan temporer tersebut.
Apa tujuan itu?
Allah tujuan kita mengandung arti agar kita mengikhlaskan untuk Allah
segala perkataan dan perbuatan kita,
ibadah dan perjuangan kita.
Sehingga kita diakui sebagai hamba-hamba-Nya
yang mukhlisin dan menjadilah semboyan
yang selalu kita ikrarkan setiap waktu dan tempat:"Katakanlah: Sesungguhnya sholatku, ibadahku,
hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam,
tiada sekutu bagi-Nya dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku
dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri kepada Allah."
(Al-An'aam 162-163)Saudara-saudaraku yang dikasihi,
Marilah kita renungkan sejenak hidup kita ini....
Sudahkah hidup kita ini sejalan dengan ikrar kita???
Sholat kita hanya untuk Allah?
Ibadah kita hanya untuk Allah?
Hidup dan mati kita hanya untuk Allah?Itulah Saudara-saudaraku,Sekedar renungan buat kita bersama ,
Marilah kita sucikan tujuan kita agar hanya untuk Allah,
Supaya segala amal & perbuatan kita diterima Allah
Sebagai tabungan untuk hari Akhir..LAAHAOLA'WALAAQUWWATAILLAA'BILLAH

Februari 03, 2009

Tarbiyah Ruhiyah


Tarbiyah Ruhiyah


Dalam Q.S. Al Anfaal:29“Hai orang2 yang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu ´´furqaan´´ dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar“
Dan dalam Q.S. Al Hadid:28“Hai orang2 ynag beriman, bertaqwallah kpd Allah dan beriman kepada Rasul-Nya niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu bisa berjalan dan dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang“
Jika kita renungkan ayat tersebut diatas, maka dengan TAQWA kpd Allah, Allah akan:1. Memberikan furqaan kepada orang mu´min, yang dgnnya kita dapat membedakan antara yang haq dan yang bathil2. Mengahapuskan segala kesalahan2 kita3. Mengampuni dosa2 kita4. Memberikan cahaya yang akan menerangi kehidupan kita, sehingga kt akan selalu mendapatkan jalan keluar yang baik dr setiap permasalahan yang dihadapi
Hakikat TaqwaTaqwa lahir dari konsekuensi logis dari keimanan yyang kokoh, keimanan yang selalu dipupuk dgn Muroqobatullah, mersa takut terhadap murka dan adzab-Nya, dan selalu berharap limpahan karunia dan maghfirah-Nya. Atau seperti yang didefinisikan para ulama: Taqwa adalah hendaklah Allah tidak melihat kamu berada dalam larangan-larangan-Nya dan tidak kehilangan kamu dalam perintah-perintah-Nya.
Jalan untuk mencapai Taqwa1. Muáhadah (Mengingat perjanjian)“Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji….“ (Q.S.An Nahl:91)Yaitu perjanjian seperti yang terdapat didlm Q.S. Al A´raf:172 dan Al Fatihah:5
2. Muroqobah (Merasakan kesertaan Allah)“Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (u/ shalat) dan melihat pula perubahan gerak badanmu diantara orang2 yang sujud“ (Q.S. Asy Syura:218-219)
Dan dalam Hadist ttg Ihsan:“Hendaklah kamu beribadah kepada Allah seolah-olah kamu melihat-Nya dan jika memang kamu tidak melihatNya, maka sesungguhnya Allah melihat kamu“
Ibadah yang bagaimana yang bisa membuat Allah suka/cinta terhadap ibadah kita tsbt. Perbanyak Dzikir (mengingat Allah). Imam Hasan Al Bashri berkata, “Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya kepada seorang hamba yang selalu mempertimbangkan niatnya. Bila semata-mata karena Allah maka dilaksanakannya tetapi jika sebaliknya maka ditinggalkannya“.
Macam-macam Muraqobah:- Muroqobah dalam melaksanakan ketaatan kepada-Nya, yaitu dengan Ikhlas- Muroqobah dalam kemaksiatan adalah dgn taubat, penyesalan dan meninggalkannya secara total- Muroqobah dalam hal2 yang mubah adalah dgn menjaga adab2 terhadap Allah dan bersyukur atas segala nikmat-Nya- Muroqobah dalam musibah adalah dengan ridha terhadap ketentuan-Nya serta memohon pertolongan-Nya dgn penuh kesabaran
3. Muhasabah (Interospeksi diri)“Hai orang2 yang beriman , bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya u/ hari esok (akhirat) dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang telah kamu kerjakan“(Q.S. Al Hasyr:18)
Dari Umar al Faruq r.a. berkata, “Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab, timbanglah diri kalian sebelum kalian ditm yang agung (hari kiamat). Di hari itu kamu dihadapkan kepada pemeriksaan, tiada yang tersembunyi dari amal kalian barang satu pun´´
Bagaimana mungkin bisa memperbaiki diri jika tidak ada muhasabah, tanpa muhasabah maka tidaka akan ada perubahan
4. Muáqobah (Pemberian sanksi)“Dan dalam qishah itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, wahai orang2 yang berakal, supaya kamu bertaqwa´´ (Q.S. Al Baqarah:178)
Apabila seorang mu´min menemukan kesalahan maka tidak pantas baginya untuk membiarkannya. Sebab membiarkan diri dalam kesalahan akan mempermudah terlanggarnya kesalahan2 yang lain dan akan semakin sulit untuk meninggalkannya. Sanksi itu harus dgn sesuatu yang mubah, tidak boleh dgn sanksi yang haram
5. Mujahadah (Optimalisasi)Mujahadah sebagaimana dl Q.S. Al ankabuut:69“Dan orang2 yang berjihad u/ (mencari keridhaan) Kami, benar2 akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan2 Kami. Dan sesungguhNya Allah benar2 beserta orang2 yang berbuat baik´´berarti apabila seorang mu´min terseret dalam kemalasan, santai, cinta dunia dan tidak lagi melaksanakan amal2 sunnah serta ketaatan lainnya tepat pada waktunya mala ia harus memaksa dirinya melakukan amal2 sunnah lebih banyak dari sebelumnya.
Beramal hendaknya jangan seadanya. Bersungguh2lah dalam keadaan apapun dan dalam melakukan amalan apa saja. Dalam sebuah Hadist Qudsi:“Dari Abu Hurairah bahwa beliau berkata, Rasulullah bersabda:“Sesungguhnya Allah berfirman: Tidaklah seorang hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku sukai selain dari amalan2 wajib dan seorang hambaKu senantiasa mendekat kepada-Ku dengan melakukan amalan2 sunnat, sehingga Aku mencintgainya. Apabila Aku telah mencintai-Nya, maka Akulah yang menjadi pendengarannya dan sebagai tangan yang digunakannya untuk memeganagn dan kaki yang dia pakai u/ berjalan dan apabila ia memohon kepada-Ku pasti Kukabulkan, dan jika berlindung kepada-Ku pasti Ku lindungi.’’

Februari 02, 2009

Sekuntum Cinta Pengantin Syurga

Sekuntum “Cinta” Pengantin Syurga
“Cinta itu mensucikan akal, mengenyahkan kekhawatiran, memunculkan keberanian, mendorong berpenampilan rapi, membangkitkan selera makan, menjaga akhlak mulia, membangkitkan semangat, mengenakan wewangian, memperhatikan pergaulan yang baik, serta menjaga adab dan kepribadian. Tapi cinta juga merupakan ujian bagi orang-orang yang shaleh dan cobaan bagi ahli ibadah,” Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam bukunya Raudah Al-Muhibbin wa Nuzhah Al-Musytaqin memberikan komentar mengenai pengaruh cinta dalam kehidupan seseorang.

Bila seorang kekasih telah singgah di hati, pikiran akan terpaut pada cahaya wajahnya, jiwa akan menjadi besi dan kekasihnya adalah magnit. Rasanya selalu ingin bertemu meski sekejab. Memandang sekilas bayangan sang kekasih membuat jiwa ini seakan terbang menuju langit ke tujuh dan bertemu dengan jiwanya.
Indahnya cinta terjadi saat seorang kekasih secara samar menatap bayangan orang yang dikasihi. Bayangan indah itu laksana air yang menyirami, menyegarkan, menyuburkan pepohonan taman di jiwa.Dahulu di kota Kufah tinggallah seorang pemuda tampan rupawan yang tekun dan rajin beribadat, dia termasuk salah seorang yang dikenal sebagai ahli zuhud. Suatu hari dalam pengembaraannya, pemuda itu melewati sebuah perkampungan yang banyak dihuni oleh kaum An-Nakha’. Demi melepaskan penat dan lelah setelah berhari-hari berjalan maka singgahlah dia di kampung tersebut. Di persinggahan si pemuda banyak bersilaturahim dengan kaum muslimin. Di tengah kekhusyu’annya bersilaturahim itulah dia bertemu dengan seorang gadis yang cantik jelita.
Sepasang mata bertemu, seakan saling menyapa, saling bicara. Walau tak ada gerak lidah! Tak ada kata-kata! Mereka berbicara dengan bahasa jiwa. Karena bahasa jiwa jauh lebih jujur, tulus dan apa adanya. Cinta yang tak terucap jauh lebih berharga dari pada cinta yang hanya ada di ujung lidah. Maka jalinan cintapun tersambung erat dan membuhul kuat. Begitulah sejak melihatnya pertama kali, dia pun jatuh hati dan tergila-gila. Sebagai anak muda, tentu dia berharap cintanya itu tak bertepuk sebelah tangan, namun begitulah ternyata gayung bersambut. Cintanya tidak berada di alam khayal, tapi mejelma menjadi kenyataan.
Benih-benih cinta itu bagai anak panah melesat dari busurnya, pada pertemuan yang tersamar, pertemuan yang berlangsung sangat sekejab, pertemuan yang selalu terhalang oleh hijab. Demikian pula si gadis merasakan hal serupa sejak melihat pemuda itu pada kali yang pertama.
Begitulah cinta, ketika ia bersemi dalam hati… terkembang dalam kata… terurai dalam perbuatan…Ketika hanya berhenti dalam hati, itu cinta yang lemah dan tidak berdaya. Ketika hanya berhenti dalam kata, itu cinta yang disertai dengan kepalsuan dan tidak nyata…
Ketika cinta sudah terurai jadi perbuatan, cinta itu sempurna seperti pohon; akarnya terhujam dalam hati, batangnya tertegak dalam kata, buahnya menjumbai dalam perbuatan. Persis seperti iman, terpatri dalam hati, terucap dalam lisan, dan dibuktikan oleh amal.
Semakin dalam makna cinta direnungi, semakin besar fakta ini ditemukan. Cinta hanya kuat ketika ia datang dari pribadi yang kuat, bahwa integritas cinta hanya mungkin lahir dari pribadi yang juga punya integritas. Karena cinta adalah keinginan baik kepada orang yang kita cintai yang harus menampak setiap saat sepanjang kebersamaan.
Begitupun dengan si pemuda, dia berpikir cintanya harus terselamatkan! Agar tidak jadi liar, agar selalu ada dalam keabadian. Ada dalam bingkai syari’atnya. Akhirnya diapun mengutus seseorang untuk meminang gadis pujaannya itu. Akan tetapi keinginan tidak selalu seiring sejalan dengan takdir Allah. Ternyata gadis tersebut telah dipertunangkan dengan putera bapak saudaranya.
Mendengar keterangan ayah si gadis itu, pupus sudah harapan si pemuda untuk menyemai cintanya dalam keutuhan syari’at. Gadis yang telah dipinang tidak boleh dipinang lagi. Tidak ada jalan lain. Tidak ada jalan belakang, samping kiri, atau samping kanan. Mereka sadar betul bahwa jalinan asmaranya harus diakhiri, karena kalau tidak, justeru akan merusak ’anugerah’ Allah yang terindah ini.
Bayangkan, bila dua kekasih bertemu dan masing-masing silau serta mabuk oleh cahaya yang terpancar dari orang yang dikasihi, ia akan melupakan harga dirinya, ia akan melepas baju kemanusiaannya dengan menabrak tabu. Dan, sekali bunga dipetik, ia akan layu dan akhirnya mati, dipijak orang karena sudah tak berguna. Jalan belakang ’back street’ tak ubahnya seperti anak kecil yang merusak mainannya sendiri. Penyesalan pasti akan datang belakangan, menangispun tak berguna, menyesal tak mengubah keadaan, badan hancur jiwa binasa.
Cinta si gadis cantik dengan pemuda tampan masih menggelora. Mereka seakan menahan beban cinta yang sangat berat. Si gadis berpikir barangkali masih ada celah untuk bisa ’diikhtiarkan’ maka rencanapun disusun dengan segala kemungkinan terpahit. Maka si gadis mengutus seorang hambanya untuk menyampaikan sepucuk surat kepada pemuda tambatan hatinya:
”Aku tahu betapa engkau sangat mencintaiku dan karenanya betapa besar penderitaanku terhadap dirimu sekalipun cintaku tetap untukmu. Seandainya engkau berkenan, aku akan datang berkunjung ke rumahmu atau aku akan memberikan kemudahan kepadamu bila engkau mau datang ke rumahku.”
Setelah membaca isi surat itu dengan seksama, si pemuda tampan itu pun berpesan kepada kurir pembawa surat wanita pujaan hatinya itu.
“Kedua tawaran itu tidak ada satu pun yang kupilih! Sesungguhnya aku takut akan siksaan hari yang besar bila aku sampai durhaka kepada Tuhanku. Aku juga takut akan neraka yang api dan jilatannya tidak pernah surut dan padam.”
Pulanglah kurir kekasihnya itu dan dia pun menyampaikan segala yang disampaikan oleh pemuda tadi.
Tawaran ketemuan? Dua orang kekasih? Sungguh sebuah tawaran yang memancarkan harapan, membersitkan kenangan, menerbitkan keberanian. Namun bila cinta dirampas oleh gelora nafsu rendah, keindahannya akan lenyap seketika. Dan berubah menjadi naga yang memuntahkan api dan menghancurkan harga diri kita. Sungguh heran bila saat ini orang suka menjadi korban dari amukan api yang meluluhlantakkan harga dirinya, dari pada merasakan keindahan cintanya.
“Sungguh selama ini aku belum pernah menemukan seorang yang zuhud dan selalu takut kepada Allah swt seperti dia. Demi Allah, tidak seorang pun yang layak menyandang gelar yang mulia kecuali dia, sementara hampir kebanyakan orang berada dalam kemunafikan.” Si gadis berbangga dengan kesalehan kekasihnya.
Setelah berkata demikian, gadis itu merasa tidak perlu lagi kehadiran orang lain dalam hidupnya. Pada diri pemuda itu telah ditemukan seluruh keutuhan cintanya. Maka jalan terbaik setelah ini adalah mengekalkan diri kepada ’Sang Pemilik Cinta’. Lalu diapun meninggalkan segala urusan duniawinya serta membuang jauh-jauh segala sesuatu yang berkaitan dengan dunia. Memakai pakaian dari tenunan kasar dan sejak itu dia tekun beribadat, sementara hatinya merana, badannya juga kurus oleh beban cintanya yang besar kepada pemuda yang dicintainya.
Bila kerinduan kepada kekasih telah membuncah, dan dada tak sanggup lagi menahahan kehausan untuk bersua, maka saat malam tiba, saat manusia terlelap, saat bumi menjadi lengang, diapun berwudlu. Shalatlah dia dikegelapan gulita, lalu menengadahkan tangan, memohon bantuan Sang Maha Pencipta agar melalui kekuasaa-Nya yang tak terbatas dan dapat menjangkau ke semua wilayah yang tak dapat tersentuh manusia., menyampaikan segala perasaan hatinya pada kekasih hatinya. Dia berdoa karena rindu yang sudah tak tertanggungkan, dia menangis seolah-olah saat itu dia sedang berbicara dengan kekasihnya. Dan saat tertidur kekasihnya hadir dalam mimpinya, berbicara dan menjawab segala keluh-kesah hatinya.
Dan kerinduannya yang mendalam itu menyelimuti sepanjang hidupnya hingga akhirnya Allah memanggil ke haribaanNya. Gadis itu wafat dengan membawa serta cintanya yang suci. Yang selalu dijaganya dari belitan nafsu syaithoni. Jasad si gadis boleh terbujur dalam kubur, tapi cinta si pemuda masih tetap hidup subur. Namanya masih disebut dalam doa-doanya yang panjang. Bahkan makamnya tak pernah sepi diziarahi.
Cinta memang indah, bagai pelangi yang menyihir kesadaran manusia. Demikian pula, cinta juga sangat perkasa. Ia akan menjadi benteng, yang menghalau segala dorongan yang hendak merusak keindahan cinta yang bersemayam dalam jiwa. Ia akan menjadi penghubung antara dua anak manusia yang terpisah oleh jarak bahkan oleh dua dimensi yang berbeda.
Pada suatu malam, saat kaki tak lagi dapat menyanggah tubuhnya, saat kedua mata tak kuasa lagi menahan kantuknya, saat salam mengakhiri qiyamullailnya, saat itulah dia tertidur. Sang pemuda bermimpi seakan-akan melihat kekasihnya dalam keadaan yang sangat menyenangkan.
“Bagaimana keadaanmu dan apa yang kau dapatkan setelah berpisah denganku?” Tanya Pemuda itu di alam mimpinya.
Gadis kekasihnya itu menjawab dengan menyenandungkan untaian syair:
Kasih…
cinta yang terindah adalah mencintaimu,
sebuah cinta yang membawa kepada kebajikan.
Cinta yang indah hingga angin syurga berasa malu
burung syurga menjauh dan malaikat menutup pintu.
Mendengar penuturan kekasihnya itu, pemuda tersebut lalu bertanya kepadanya, “Di mana engkau berada?”
Kekasihnya menjawab dengan melantunkan syair:
Aku berada dalam kenikmatan
dalam kehidupan yang tiada mungkin berakhir
berada dalam syurga abadi yang dijaga
oleh para malaikat yang tidak mungkin binasa
yang akan menunggu kedatanganmu,
wahai kekasih…
“Di sana aku bermohon agar engkau selalu mengingatku dan sebaliknya aku pun tidak dapat melupakanmu!” Pemuda itu mencoba merespon syair kekasihnya
“Dan demi Allah, aku juga tidak akan melupakan dirimu. Sungguh, aku telah memohon untukmu kepada Tuhanku juga Tuhanmu dengan kesungguhan hati, hingga Allah berkenan memberikan pertolongan kepadaku!” jawab si gadis kekasihnya itu.
“Bilakah aku dapat melihatmu kembali?” Tanya si pemuda menegaskan
“Tak lama lagi engkau akan datang menyusulku kemari,” Jawab kekasihnya.
Tujuh hari sejak pemuda itu bermimpi bertemu dengan kekasihnya, akhirnya Allah mewafatkan dirinya. Allah mempertemukan cinta keduanya di alam baqa, walau tak sempat menghadirkan romantismenya di dunia. Allah mencurahkan kasih sayang-Nya kepada mereka berdua menjadi pengantin syurga.
Subhanallaah! Cinta memiliki kekuatan yang luar biasa. Pantaslah kalau cinta membutuhkan aturan. Tidak lain dan tidak bukan, agar cinta itu tidak berubah menjadi cinta yang membabi buta yang dapat menjerumuskan manusia pada kehidupan hewani dan penuh kenistaan. Bila cinta dijaga kesuciannya, manusia akan selamat. Para pasangan yang saling mencintai tidak hanya akan dapat bertemu dengan kekasih yang dapat memupus kerinduan, tapi juga mendapatkan ketenangan, kasih sayang, cinta, dan keridhaan dari dzat yang menciptakan cinta yaitu Allah SWT. Di negeri yang fana ini atau di negeri yang abadi nanti.
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya di antara kamu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Ruum : 21).
dari Raja’ bin Umar An-Nakha’i dll.
Take in from http://www.dakwatuna.com/2008/senandung-cinta-pengantin-syurga/

Suami dambaan Bidadari


Suami Dambaan Para Bidadari
“Aku benar-benar melihat malaikat sedang memandikan Hanzhalah di antara langit dan bumi dengan air dari awan dalam sebuah tempat besar terbuat dari perak.” Sahabat Urwah ra menegaskan kesaksiannya tentang kesyahidan Hanzhalah di perang Uhud.
Mekkah menggelegak terbakar kebencian terhadap orang-orang Muslim karena kekalahan mereka di Perang Badar dan terbunuhnya sekian banyak pemimpin dan bangsawan mereka saat itu. Hati mereka membara dibakar keinginan untuk menuntut balas. Bahkan karenanya Quraisy melarang semua penduduk Mekah meratapi para korban di Badar dan tidak perlu terburu-buru menebus para tawanan, agar orang-orang Muslim tidak merasa di atas angin karena tahu kegundahan dan kesedihan hati mereka.
Hingga tibalah saatnya Perang Uhud. Di antara pahlawan perang yang bertempur tanpa mengenal rasa takut pada waktu itu adalah Hanzhalah bin Abu Amir. Nama lengkapnya Hanzhalah bin Abu ‘Amir bin Shaifi bin Malik bin Umayyah bin Dhabi’ah bin Zaid bin Uaf bin Amru bin Auf bin Malik al-Aus al-Anshory al-Ausy. Pada masa jahiliyah ayahnya dikenal sebagai seorang pendeta, namanya Amru.
Suatu hari ayahnya ditanya mengenai kedatangan Nabi dan sifatnya hingga ketika datang, orang-orang dengan mudahnya dapat mengenalnya. Ayahnya pun menyebutkan apa yang ditanyakan. Bahkan secara terang-terangan dirinya akan beriman dengan kenabian itu. Ketika Allah turunkan Islam di jazirah Arab untuk menuntun jalan kebenaran melalui nabi terakhir. Justru dirinya mengingkarinya. Bahkan dirinya hasud dengan kenabian Muhammad. Tak lama kemudian Allah bukakan hati anaknya, Hanzhalah untuk menerima kebenaran yang dibawa Rasulullah. Sejak itulah jiwa dan raganya untuk perjuangan Islam.
Kebencian ayahnya terhadap Rasulullah membuat darahnya naik turun. Bahkan meminta izin Rasulullah untuk membunuhnya. Tapi Rasulullah tidak mengizinkan. Sejak itulah keyakinan akan kebenaran ajaran Islam semakin menancap di relung hatinya. Seluruh waktunya digunakan untuk menimba ilmu dari Rasulullah.
Di tengah kesibukkannya mengikuti da’wah Rasulullah yang penuh dinamika, tak terasa usia telah menghantarkannya untuk memasuki fase kehidupan berumah tangga. Disamping untuk melakukan regenerasi, tentu ada nikmat karunia Allah yang tak mungkin terlewatkan.
Hanzhalah menikahi Jamilah binti Abdullah bin Ubay bin Salul, anak sahabat bapaknya. Mertuanya itu dikenal sebagai tokoh munafik, menyembunyikan kekafiran dan menampakkan keimanan. Dia berpura-pura membela Nabi saw dalam Perang Uhud; namun ketika rombongan pasukan muslim bergerak ke medan laga, ia menarik diri bersama orang-orangnya, kembali ke Madinah.
Sementara itu Madinah dalam keadaan siaga penuh. Kaum muslimin sudah mencium gelagat dan gerak-gerik rencana penyerangan oleh pasukan Abu Shufyan. Situasi Madinah sangat genting.
Namun walau dalam situasi seperti itu, Hanzhalah dengan tenang hati dan penuh keyakinan akan melangsungkan pernikahannya. Sungguh tindakannya itu merupakan gambaran sosok yang senantiassa tenang menghadapi berbagai macam keadaan.
Hanzhalah menikahi Jamilah, sang kekasih, pada suatu malam yang paginya akan berlangsung peperangan di Uhud. Ia meminta izin kepada Nabi saw untuk bermalam bersama istrinya. Ia tidak tahu persis apakah itu pertemuan atau perpisahan. Nabi pun mengizinkannya bermalam bersama istri yang baru saja dinikahinya.
Mereka memang baru saja menjalin sebuah ikatan. Memadu segala rasa dari dua lautan jiwa. Berjanji, menjaga bahtera tak akan karam walau kelak badai garang menghadang. Kini, dunia seakan menjadi milik berdua. Malam pertama yang selalu panjang bagi setiap mempelai dilalui dengan penuh mesra. Tak diharapkannya pagi segera menjelang. Segala gemuruh hasrat tertumpah. Sebab, sesuatu yang haram telah menjadi halal.
Langit begitu mempesona. Kerlip gemintang bagaikan menggoda rembulan yang sedang kasmaran. Keheningannya menjamu temaramnya rembulan, diukirnya do’a-do’a dengan goresan harapan, khusyu’, berharap regukan kasih sayang dari Sang Pemilik Cinta. Hingga tubuh penat itupun bangkit, menatap belahan jiwa dengan tatapan cinta. Hingga, sepasang manusia itu semakin dimabuk kepayang.
Indah…Sungguh sebuah episode yang teramat indah untuk dilewatkan. Namun disaat sang pengantin asyik terbuai wanginya aroma asmara, seruan jihad berkumandang dan menghampiri gendang telinganya.
“Hayya ‘alal jihad… hayya ‘alal jihad…!!!”
Pemuda yang belum lama menikmati indahnya malam pertama itu tersentak. Jiwanya sontak terbakar karena ghirah. Suara itu terdengar sangat tajam menusuk telinganya dan terasa menghunjam dalam di dadanya. Suara itu seolah-olah irama surgawi yang lama dinanti. Hanzalah harus mengeluarkan keputusan dengan cepat. Bersama dengan hembusan angin fajar pertama, Hanzhalah pun segera melepaskan pelukan diri dari sang istri.
Dia segera menghambur keluar, dia tidak menunda lagi keberangkatannya, supaya ia bisa mandi terlebih dahulu. Istrinya meneguhkan tekadnya untuk keluar menyambut seruan jihad sambil memohon kepada Allah agar suaminya diberi anugerah salah satu dari dua kebaikan, menang atau mati syahid,
Dia berangkat diiringi deraian air mata kekasih yang dicintainya. Ia berangkat dengan kerinduan mengisi relung hatinya. Kerinduan saat-saat pertama yang sebelumnya sangat dinantikannya, saat mereka berdua terikat dalam jalinan suci. Namun semua itu berlalu bagaikan mimpi. Hanzalahpun akhirnya berangkat menuju medan laga untuk memenangkan cinta yang lebih besar atas segalanya. Bahkan untuk meraih kemenangan atas dirinya sendiri.
Kenikmatan yang bagai tuangan anggur memabukkan tak akan membuatnya terlena. Sehingga, iringan do’alah yang mengantar kepergiannya ke medan jihad. Dia bergegas mengambil peralatan perang yang memang telah lama dipersiapkan. Baju perang membalut badan, sebilah pedang terselip dipinggang. Siap bergabung dengan pasukan yang dipimpin Rasulullah saw.
Berperang bersama Hamzah, Abu Dujanah, Zubayr, Muhajirin dan Anshar yang terus berperang dengan yel-yel, seolah tak ada lagi yang bisa menahan mereka. Bulu-bulu putih pakaian Ali, surban merah Abu Dujanah, surban kuning Zubayr, surban hijau Hubab, melambai-lambai bagaikan bendera kemenangan, memberi kekuatan bagi barisan di belakangnya.
Tubuh Hanzhalah yang perkasa serta merta langsung berada di atas punggung kuda. Sambil membenahi posisinya di punggung kuda, tali kekang ditarik dan kuda melesat secepat kilat menuju barisan perang yang tengah bekecamuk. Tangannya yang kekar memainkan pedang dengan gerakan menebas dan menghentak, menimbulkan efek bak hempasan angin puting beliung.
Musuh datang bergulung. Merimbas-rimbas. Tak gentar, ia justru merangsek ke depan. Menyibak. Menerjang kecamuk perang. Nafasnya tersengal. Torehan luka di badan sudah tak terbilang. Tujuan utama ingin berhadapan dengan komandan pasukan lawan. Serang! Musuhpun bergelimpangan.
Takbir bersahut-sahutan. Lantang membahana bagai halilintar. Berdentam. Mendesak-desak ke segenap penjuru langit. Hanzhalah terus melabrak. Terjangannya dahsyat laksana badai. Pedangnya berkelebat. Suaranya melenting-lenting. Kilap mengintai. Deras menebas. Berkali-kali orang Quraisy yang masih berkutat dalam lembah jahiliyah itu mati terbunuh di tangannya.
Sementara itu, dari kejauhan Abu Sufyan melihat lelaki yang gesit itu. Diaingin sekali mendekat dan membunuhnya, tetapi nyalinya belum juga cukupuntuk membalaskan dendam kepada pembunuh anaknya di perang Badar itu. Situasi berbalik, kali ini giliran Hanzhalah mendekati Abu Sufyan ketika teman-temannya justru melarikan diri ketakutan. Abu Sufyan terpaksa melayaninya dalam duel satu lawan satu. Abu Sufyan terjatuh dari kudanya. Wajahnya pucat, ketakutan.
Pedang Hanzhalah yang berkilauan siap merobek lehernya. Dalam hitungan detik, nyawanya akan melayang. Tapi, dalam suasana genting itu, Abu Sufyan berteriak minta tolong, “Hai orang-orang Quraisy, tolong aku.”
Namun, untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Syadad bin Al-Aswad yang memang sudah disiagakan untuk menghabisi Hanzhalah, behasil menelikung gerakan hanzhalah dan menebas tengkuknya dari belakang. Tubuh yang gagah dan tegap itu jatuh berdebum ke tanah, boom!!! Para sahabat yang berada di sekitar dirinya mencoba untuk memberi pertolongan, namun langkah mereka terhenti.
Lantas orang-orang Quraisy di sekitarnya tanpa ampun mengayunkan pedangnya kepada Hanzhalah, dari kiri, kanan, dan belakang, sehingga Hanzhalah tersungkur. Dalam kondisi yang sudah parah, darah mengalir begitu deras dari tubuhnya, ia masih dihujani dengan lemparan tombak dari berbagai penjuru.
Tak lama kecamuk perang surut. Sepi memagut. Mendekap perih di banyak potongan tubuh yang tercerabut. Ia syahid di medan Uhud. Di sebuah gundukan tanah yang tampak masih basah, jasadnya terbujur.
Semburat cahaya terang dari langit membungkus jenazah Hanzhalah dan mengangkatnya ke angkasa setinggi rata-rata air mata memandang. Juga tejadi hujan lokal dan tubuhnya terbolak-balik seperti ada sesuatu yang hendak diratakan oleh air ke sekujur tubuh Hanzhalah. Bayang-bayang putih juga berkelebat mengiringi tetesan air hujan. Hujan mereda, cahaya terang padam diiringi kepergian bayang-bayang putih ke langit dan tubuh Hanzhalah kembali terjatuh dengan perlahan.
Subhanallah! Padahal sedari tadi hujan tak pernah turun mengguyur, setetes-pun. Para sahabat yang menyaksikan tak urung heran. Para sahabat kemudian membawa jenazah yang basah kuyup itu ke hadapan Rasulullah saw dan menceritakan tentang peristiwa yang mereka saksikan. Rasulullah meminta agar seseorang segera memanggil istri Hanzhalah.
Begitu wanita yang dimaksud tiba di hadapan Rasul, beliau menceritakan begini dan begini tentang Hanzhalah dan bertanya: “Apa yang telah dilakukan Hanzhalah sebelum kepergiannya ke medan perang?”
Wanita itu tertunduk. Rona pipinya memerah, dengan senyum tipis ia berkata: “Hanzhalah pergi dalam keadaan junub dan belum sempat mandi ya Rasulullah!”
Rasulullah kemudian berkata kepada yang hadir. “Ketahuilah oleh kalian. Bahwasannya jenazah Hanzhalah telah dimandikan oleh para malaikat. Bayang-bayang putih itu adalah istri-istrinya dari kalangan bidadari yang datang menjemputnya.”
Dengan malu-malu mereka (para bidadari) berkata; “Wahai Hanzhalah, wahai suami kami. Lama kami telah menunggu pertemuan ini. Mari kita keperaduan.”
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?. (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya, niscaya Allah mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam surga ‘Adn. Itulah keberuntungan yang besar.” (QS 61:10-12).
Sumber dari ‘Yas’alunaka Fiddiini wal Hayaah’ yang diterjemahkan menjadi “Dialog Islam” karya Dr. Ahmad Asy-Syarbaasyi (dosen Universitas Al-Azhar, Cairo), Penerbit Zikir, Surabaya, 1997, cetakan pertama
Copy paste :http://www.dakwatuna.com/2008/suami-dambaan-para-bidadari