Maret 19, 2011

Mengapa Wanita Marah Mukanya Jelek

"Bang.. bakso spesial dua yah, yang satu pakai bihun dan yang satunya baksonya saja," bu Rien memesan bakso untuk dirinya dan anaknya, dan sang anak kemudian merengek meminta teh botol dan lain-lain. Sementara bu Rien melihat-lihat majalah wanita sambil duduk menunggu pesanan disiapkan, dia bergumam dalam hati. ”Subhanallah ini kok yang tampil di majalah rata-rata modis dan langsing-langsing, semua cantik sekali. Mungkin mereka sangat menjaga makanannya, juga tidur dan sering berolahraga,” gumam bu Rien dalam hati. Bu Rien berfikir lagi, betapa selama ini dia sangat jarang berolahraga dan selama ini pun juga sudah jarang jalan kaki ke mana-mana, mengingat bahwa suaminya sudah mampu untuk membelikan kendaraan bermotor sehingga sangat mudah bagi bu Rien untuk pergi kemana-mana dibantu oleh kendaraan motor roda dua yang siap mengantarnya kemana-mana. Alhasil, yang namanya gerak jalan dan semua hal yang berbau olahraga sudah sangat jarang dilakukan bu Rien.
Satu lagi yang akhirnya membuat bu Rien sibuk mengagumi wajah cantik dan tubuh langsing para wanita tidak hanya di majalah itu, namun juga di jalanan, televisi dan lain lain, adalah karena bu Rien sangat gemar memikirkan desain baju. Cita-citanya menjadi designer terhambat oleh keinginan orang tuanya yang selepas sekolah SMU dulu, ingin anaknya segera menikah. Setelah menikah, dia merasakan dirinya menjadi semakin lemot, berat badannya pun bertambah cukup cepat. Berawal dari keinginannya menjadi ahli desain pakaian wanita muslimah, maka bu Rien kerap mengagumi tubuh wanita langsing dan wajah cantik rupawan.
Tuk tik tak tik tuk, sebuah suara sepatu hak tinggi yang bunyinya manis berirama membuat bu Rien sontak menoleh, sesosok wanita bertubuh langsing berpakaian berbahan organdi yang sangat mewah dan sangat pas menempel di tubuhnya. Wanita itu begitu memikat, juga aksesoris yang tidak terlalu benderang namun cukup membuat bu Rien terpaku karena bentuknya yang memikat, membuat sang wanita yang sudah wajahnya mulus tanpa ada flek sedikitpun diwajahnya, betul betul seperti bidadari dari surga yang mengenakan pakaian muslimah dengan kerudung berlapis yang dihiasi manik-manik yang semakin mempermanis wanita itu.
Senyumnya begitu lembut terlihat, ketika sang wanita cantik memesan sebotol teh botol dingin, dan dibelakangnya ada seorang wanita berpakaian seperti suster yang sibuk mendorong kereta bayi dengan membawa banyak ransel dan plastik belanjaan yang tersangkut dipegangan troley bayi yang sedang didorongnya dengan susah payah, sementara sang wanita cantik yang merupakan majikannya minum sendiri tanpa memperdulikan atau menawari sang baby sitter.
Sementara itu, bu Rien melihat dengan wajah kagum dan sedikit terpesona ketika sang wanita yang begitu memikat menghirup teh botolnya perlahan, dan jari-jarinya yang lentik semakin memperindah penampilan sang wanita, mungkin jika di foto bisa diberi judul yaitu ketika bidadari minum teh botol, demikian pikir bu Rien sambil memindahkan mangkuk bakso yang sudah habis ke tepi meja.
"Aduuuhh, kamu tahu gak... sich... Mama tunggu kamu sudah lama, kamu kemana aja? Kalau kamu begini terus mama jadi malas banget ngajak kamu kemana mana dan mama juga gak suka bawa kamu ikut-ikut mama pergi lagi," teriak wanita cantik itu keras sambil melangkah tergesa-gesa menyenggol kereta bayi sehingga bungkusan plastik yang tesangkut di pegangan kereta bayi itu hampir tumpah. Lalu terlihat bahwa sang wanita menjewer telinga anaknya sekeras-kerasnya dan nampak sang anak begitu marah dipelakukan ibunya seperti itu. Sang anak pun menangis kencang sekali, sementara sang ibu terus menenangkan si anak yang mungkin baru berusia 3 tahun dengan membentak-bentak dan berwajah merah padam.
"Ayo, pukul mama kalau berani, diammm… kata mama diamm… jangan menangis keras-keras, yang salah kan kamu, kenapa kamu pergi-pergi gak ijin, kalau mau pergi bilang mama dong, mama cari-cari kamu setengah mati keliling mal, dan kamu enak-enakan aja jalan-jalan sendirian, apa kamu gak liat mama kan pake hak tinggi, nih tumit mama sakit tahu gak, dasar anak bandel, gak bisa diatur, dikasih tahu malah bales mukul," sambil mencengkram tangan anaknya, sang ibu sibuk mengomeli dan sebelah tangannya memukul keras tangan anaknya yang kecil mungil.
Wajah yang cantik berubah seperti monster, yang biasa wajahnya begitu indah, mendadak menjadi begitu menyeramkan, karena wajah merah padam sang wanita cantik yang tengah dikuasai emosi dan amarah, membuat kecantikannya sirna dan tiba-tiba nampak di wajah bu Rien gambaran monster yang bertubuh langsing dan berkuku panjang sedang memukul anak kecil. Predikat bidadari langsung saja lenyap, bu Rien kemudian pergi meninggalkan warung bakso, sambil berkomentar kepada sang wanita yang masih sibuk mengomeli anaknya, dengan disaksikan banyak orang di mal tersebut.
"Sudahlah bu, namanya juga anak-anak, sebetulnya kan dia juga takut terpisah dari orangtuanya, sabar saja ya bu,” demikian sapa bu Rien yang didiamkan oleh si wanita yang tetap mencengkram tangan sang anak kemudian mereka pun berlalu dari situ.
Sungguh penampilan menawan dan wajah cantik karunia Allah, bila dihiasai akhlak yang buruk maka akan membuat aura cantik sang wanita hilang seketika, coba kita lihat wajah kita dicermin bila kita marah.
Karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha penyanyang. (QS: Yusuf [12] : 53)

Mawaddah “Unlimit Love”

Terinspirasi ketika belajar ushul fiqh bersama guru saya, pada waktu itu pembahasannya tentang qarinah, tapi kemudian guru saya sekilas bertanya, kecintaan seorang ibu kepada anaknya apakah al hubb atau mawaddah?
Kecintaan seorang suami kepada istrinya yang tetap setia bertahun-tahun hidup bersama, tanpa melihat fisik apakah al hubb atau mawaddah?
Kecintaan Rasulullah saw ketika mendakwahi umatnya yang susah diajak berpikir apakah al hubb atau mawaddah? Awalnya, saya fikir maknanya sama saja yaitu cinta, diantara dua kata yang berasal dari bahasa ‘arab tadi.
Ternyata salah, itulah kedalaman bahasa ‘arab memiliki makna luas dan bermakna. Al hubb dan mawaddah ternyata sangat jauh berbeda.
Al hubb adalah cinta yang memiliki batas waktu untuk mencintai sesuatu, apakah itu cinta kepada manusia atau benda. Dan mudah berpindah jika menemukan yang lebih besar manfaatnya bagi dia.
Al hubb bisa kita lihat faktanya saat ini, mencintai tanpa ada rasa tanggung jawab dan kotmitmen terhadap yang ia cintai.
Perceraian marak sekali terjadi, durhaka anak kepada ibunya, putusnya tali silahturahmi antara keluarga, saling bermusuhan antara tetangga satu dengan yang lain dll. Karena standarnya adalah cinta atas dasar maslahat sehingga berdampak akan mudah sekali hilang cintanya jika dia tidak menemukan mashlahat terhadap yang ia cintai.
Mawaddah adalah cinta yang unlimit atau tidak terbatas sampai kapanpun. Inilah kecintaan yang dimiliki oleh seorang ibu terhadap anaknya.
Cintanya seorang ibu akan hidup sampai kapanpun tidak terbatas tempat, waktu, dan usia anak.
Begitu juga cintanya sepasang suami istri yang sudah hidup berpuluh-puluh tahun namun masih tetap cinta, masih tetap sayang, masih tetap akan merasa bahagia jika bersama, ada kerinduan yang besar ketika tidak bertemu walaupun usia sudah tua tapi rasa cinta seperti itu masih ada, walaupun dari fisik pasangannya mungkin sudah tidak enak dilihat lagi .
Pernah melihat? kakek nenek yang datang kepengajian, mereka sambil berpegangan tangan dan terlihat sangat bahagia padahal usia mereka sudah sangat tua dan mereka sudah hidup berpuluh-puluh tahun lamanya tapi seakan-akan mereka baru menikah kemarin-kemarin. Itulah cinta yang tidak ada batasnya.
Menarik kisah pada genarasi sahabat, kisah ini terjadi pada saat pemerintahan ‘Umar Amirul mukminin r.a. ada seorang arab badui yang akan mengadukan istrinya kepada ‘Umar karena istrinya telah mengeluarkan suara keras melebihi suaranya.
Iapun kemudian pergi ke rumah Amirul Mukminin ‘Umar bin Khatab r.a. dan ketika dia sampai di depan pintu rumah Amirul Mukminin dia mendengar langkah kaki ‘Umar yang hendak keluar dari rumahnya. Dia mendengar istri Amirul Mukminin berkata kepadanya dengan suara yang keras mengatakan: “bertaqwalah kepada Allah, wahai ‘Umar atas apa yang engkau pimpin!”
‘Umar hanya diam dan tidak berbicara sedikitpun, orang badui tersebut berbicara dalam hatinya seraya berpaling pergi: “Jika keadaan Amirul Mukminin saja seperti ini, maka bagaimana dengan diriku?” Ketika ia hendak berpaling pergi, ternyata ‘Umar bin khatab telah keluar dan melihatnya. ‘Umar bertanya apa keperluanmu?, wahai saudaraku orang Arab?”
Orang arab badui itupun menjawab: “Wahai Amirul Mukminin sebenarnya aku ingin menemuimu untuk mengadukan sikap istriku. Dia telah berani bersuara keras terhadap diriku. Namun seketika aku melihat keadaan rumahmu, aku menjadi merasa kerdil, karena apa yang engkau hadapi lebih sulit daripada apa yang aku hadapi. Oleh karena itu, aku hendak pulang dan berkata pada diriku sendiri: “Jika Amirul Mukminin saja mendapat perlakuan seperti itu dari istrinya, maka bagaimana dengan diriku?”
‘Umar pun terseyum dan berkata: “Wahai saudaraku semuslim, aku menahan diri dari sikapnya (istriku) itu, karena dia memiliki hak-hak atas diriku. Aku berusaha untuk menahan diri meski sebenarnya aku bisa saja menyakitinya (bersikap keras) dan memarahinya. Akan tetapi, aku sadar bahwa tidak ada yang dapat memuliakan wanita selain orang yang mulia dan tidak ada orang yang merendahkan selain orang yang suka menyakiti. Mereka dapat mengalahkan setiap orang yang mulia namun mereka dapat dikalahkan oleh setiap orang yang suka menyakiti. Akan tetapi, aku angat ingin menjadi orang yang mulia meski aku kalah (dari istriku), dan aku tidak ingin menjadi orang yang suka menyakiti meski aku termasuk orang yang menang.”
‘Umar melanjutkan : “Wahai saudaraku orang Arab, aku berusaha menahan diri karena dia istriku memiliki hak-hak atas diriku. Dialah yang memasak makanan untukku, membuatkan roti untukku, menyusui anak-anakku, dan mencuci baju-bajuku. Sebesar apa kesabaranku terhadap sikapnya, maka sebanyak itulah pahala yang aku terima.”
Saya membaca kisah yang penuh makna ini berkali-kalipun sangat terasa indah dan sejuk (halah..), bagaimana tidak?
Saya tidak tepikirkan, bagaimana perhatian negara Islam yang begitu besar untuk mengurusi umatnya termasuk masalah rumah tangga, luar biasa. Disisi lain, sikap seorang pemimpin besar semisal ‘Umar yang kalau kita ketahui sifat ‘Umar adalah keras dan kasar, tapi bisa menahan diri dari bersikap kasar dan lebih memilih bersikap lembut kepada istrinya yang beliau cintai. Itulah cinta mawaddah ‘Umar kepada istrinya.
Kalau saya melihat sekarang, seperti pekejaan rumah tangga pastinya istri manapun ada saatnya untuk berkeluh kesah, setiap hari kerjaan utamanya adalah masak, mengusrus anak, cuci baju suami dan anak-anaknya, beres-beres rumah, mendidik anak, memantau anak, ini itu setiap hari dan memang seperti itu kerjaan utama seorang istri.
Kalau ukurannya hanya sekedar cinta (al hubb) saya yakin istri tersebut akan setiap hari ngomel kepada suaminya untuk minta pembantu, atau mungkin bisa kabur (terlalu mendramatisir..) ,tapi isrti yang cinta kepada keluarga atas landasan iman dan kecintaannya adalah mawaddah semuanya akan ditangkis dengan kalimat, “Itulah jihad saya dan Allah ‘azza wa jalla akan memberikan surga kepada seorang istri yang baik dalam pengurusan rumah tangganya”
Saya jadi teringat kisah fathimah binti muhammad r.a. yang mengadu kepada ayahnya sebagai pemimpin negara islam agar diberikan seorang pembantu untuk membantu pekerjaan rumah tangganya, kemudian salah satu nasehat yang Rasulullah saw berikan kepada fathimah adalah :
Nabi berkata kepada puterinya, Fathimah:
“Kalau Allah menghendaki wahai Fathimah, tentu lumpang itu akan menggilingkan gandum untukmu. Akan tetapi Allah menghendaki agar ditulis beberapa kebaikan untukmu, menghapuskan keburukan-keburukan serta hendak mengangkat derajatmu
wahai Fathimah, barangsiapa perempuan yang menumbukkan (gandum) untuk suami dan anak-anaknya, pasti Allah akan menuliskan untuknya setiap satu biji, satu kebaikan serta menghapuskan darinya setiap satu biji satu keburukan. Dan bahkan Allah akan mengangkat derajatnya.
Wahai Fathimah, barang siapa perempuan berkeringat manakala menumbuk (gandum) untuk suamiya. Tentu Allah akan menjadikan antara dia dan neraka tujuh khonadiq (lubang yang panjang).
Wahai Fathimah, manakala seorang perempuan mau meminyaki kemudian menyisir anak-anaknya serta memandikan mereka, maka Allah akan menuliskan pahala untuknya dari memberi makan seribu orang lapar dan memberi pakaian seribu orang yang telanjang.
Wahai Fathimah, bilamana seorang perempuan menghalangi (tidak mau membantu) hajat tetangganya, maka Allah akan menghalanginya minum dari telaga “Kautsar” kelak di hari Kiamat.
Wahai Fathimah, lebih utama dari itu adalah kerelaan suami terhadap istrinya. Kalau saja suamimu tidak rela terhadap engkau, maka aku tidak mau berdo’a untukmu. Apakah engkau belum mengerti wahai Fathimah, sesungguhnya kerelaan suami adalah perlambang kerelaan Allah sedang kemarahannya pertanda kemurkaan-Nya.
Wahai Fathimah, manakala seorang perempuan mengandung janin dalam perutnya, maka sesungguhnya malaikat-malaikat telah memohonkan ampun untuknya, dan Allah menuliskan untuknya setiap hari seribu kebaikan serta menghapuskan darinya seribu keburukan. Manakala dia menyambutnya dengan senyum, maka Allah akan menuliskan untuknya pahala para pejuang. Dan ketika dia telah melahirkan kandungannya, maka berarti dia ke luar dari dosanya bagaikan di hari dia lahir dari perut ibunya.
Wahai Fathimah, manakala seorang perempuan berbakti kepada suaminya dengan niat yang tulus murni, maka dia telah keluar dari dosa-dosanya bagaikan di hari ketika dia lahir dari perut ibunya, tidak akan keluar dari dunia dengan membawa dosa, serta dia dapati kuburnya sebagai taman diantara taman-taman surga. Bahkan dia hendak diberi pahala seribu orang haji dan seribu orang umrah dan seribu malaikat memohonkan ampun untuknya sampai hari kiamat. Dan barangsiapa orang perempuan berbakti kepada suaminya sehari semalam dengan hati lega dan penuh ikhlas serta niat lurus, pasti Allah akan mengampuni dosa-dosanya serta memakaikan kepadanya pakaian hijau (dari surga) kelak di hari Kiamat, serta menuliskan untuknya setiap sehelai rambut pada badannya seribu kebaikan, dan Allah akan memberinya (pahala) seratus haji dan umrah.
Wahai Fathimah, manakala seorang perempuan bermuka manis di depan suaminya, tentu Allah akan memandanginya dengan pandangan’rahmat’.
Wahai Fathimah, bilamana seorang perempuan menyelimuti suaminya dengan hati yang lega, maka ada Pemanggil dari langit memanggilnya”mohonlah agar diterima amalmu. Sesungguhnya Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang lalu maupun yang belum lewat”.
Wahai Fathimah, setiap perempuan yang mau meminyaki rambut dan jenggot suaminya, mencukur kumis dan memotongi kukunya, maka Allah akan meminuminya dari ‘rahiqil makhtum dan sungai surga, memudahkannya ketika mengalami sakaratil maut, juga dia hendak mendapati kuburnya bagaikan taman dari pertamanan surga, serta Allah menulisnya bebas dari neraka serta lulus melewati shirat”.
Semoga kecintaan kita selalu dilandasi keimanan kepada Allah ‘azza wa jalla.[]
Wallahua’lam bi ash shawab
Shinta mardhiah alhimjarry
Guru HSG el Dina Bandung

Buah Keikhlasan

 

Raut wajah itu berseri-seri, memancarkan kepuasan yang luar biasa. Betapa tidak. Ia baru saja menambah saldo deposit akhiratnya. ketika seorang ibu dan anaknya yang nampak masih sangat lugu dan lucu menaiki bus tujuan pasar Minggu. tapi, sang anak terus saja merengek, entah kenapa? mungkin rasa kantukmenyerangnya. atau merasa lelah menunggu bus di halte. Memang segalanya terasa lelah di tengah kebisingan kendaraan yang memekakkan pendengaran.Dipadu polusi udara panas, pekat kehitaman menyesakkan pernapasan. Apapun penyebabnya, masalah ini harus diatasi.
"Bu, duduk di sini aja," saya menawarkan kursiku. kebetulan kursi di sampingku masih kosong. cukuplah untuk mereka berdua. Kasihan, jika sang Ibu harus menanggung berat beban sang anak di pangkuannya.
"Oh!Terimakasih, dek. adek gak duduk? kan yang satunya masih kosong," katanya dengan nada agak lemas. nampak jelas kelelahan terukir diwajahnya.
"Gak apa-apa, Bu, saya berdiri aja, kasihan siAdek nangis terus," kataku sekali lagi mempersilahkan.
"Makasih banyak ya dek, makasih banyak."
"Iya, Bu.sama-sama."
Akhirnya iramatangis anak yang lucu itu reda juga. Tiba-tiba, ada satu energi yang luar biasa masuk, menyusupi relung jiwa ini, mengalir bersama aliran darah sampai ke ubun. Energi ketenangan dan kebahagiaan. Tak terasa, buliran air mata bening mengalir sendiri melalui ujung kelopak mata. Ya Allah! inikah satu dari sekian nikmat yang Engkau janjikan kepada hamba-Mu yang mukhlish? Semoga hamba termasuk di dalamnya.
Sungguh luar biasa besarnya nikmat kebahagiaan dan ketenangan jiwa itu. Materi berjuta milyar pun tak akan sanggup membelinya. Banyak orang yang berlimpah harta. Tapi, jiwanya tidak tenang, apalagi bahagia. Kering. walaupun ia sibuk menginfakkan hartanya atas nama sosial atau amal. Tapi, jauh di lubuk hatinya yang dalam, ada secuil harapan agar dipuja-puji orang. ingin disanjung, namanya disebut di berbagai majelis perkumpulan. latah memang. Padahal Allah Subhanahu Wata'ala sangat benci segala bentuk riya, "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya hanguslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi," (QS. Az-Aumar: 65).
Saya jadi teringat kisah tiga orang Mukhlisin dari ummat dahulu yang masuk dalam goa. Tiba-tiba sebongkah batu besar jatuh dari atas gunung tepat menutupi mulut goa tersebut. Maka berkatalah salah satu dari mereka, "Kita tak akan keluar dari goa ini, kecuali kita berdoa kepada Allah Subhanahu Wata'ala dengan amal shaleh yang pernah kita kerjakan dengan ikhlas mengharap ridho-Nya." Maka, satu persatu pun berdoa. Akhirnya batu penutup goa itu bergesersedikit demi sedikit hingga memungkinkan mereka keluar dengan selamat.
Renungkanlah! Bagaimana Allah Subhanahu Wata'alamengangkat mereka dari musibah itu? Mereka bertawassul kepada-Nya dengan amal shaleh mereka. Tentunya amal shaleh yang ikhlas mengharapa ridho-Nya semata. Memang hal itu sangat dianjurkan. Bahkan menjadi salah satu syarat utama dikabulkannya doa dan dzikir seorang hamba. Imam Mujahid. Ahli tafsir dari kalangan Tabi'in mengatakan, "Amal shalehlah yang mengangkat perkataan-perkataan yang baik ke sisi Allah Subhanahu Wata'ala."
Kisah Seorang Nabi, bernama Yusuf 'Alaihissalam, diabadikan oleh Allah Subhanahu Wata'ala dalam kitabullah. Bagaimana Nabi Allah tersebut bisa melewati berbagai macam rintangan dan cobaan yang dihadapinya? Jawabannya, tentu karena Beliau termasuk hamba Allah yang mukhlis.
Dalam satu kesempatan. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam menjelaskan salah satu sebab ditolaknya doa seorang hamba. Yaitu, "Berdoalah kalian kepada Allah, dan yakinlah bahwa Allah akan mengabulkannya, dan ketahuilah bahwasanya Allah tidak mengabulkan doa orang yang hatinya lalai." (Silsilah Ahaditsul Shahiha. No. 594).
Doa orang yang hatinya lalai tak akan dikabulkan. sedangkan orang yang didzholimi, akan senantiasa berdoa dengan khusyu dan ikhlas. Begitupun orang yang kesulitan, terhimpit problematika. Doanya senantiasa didengar oleh Allah Subhanahu Wata'ala karena keikhlasannya dalam berdoa, "Atau siapakah yang memperkenankan doa orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya." (QS. An-Nahl:62).
Seseorang yang betul-betul ikhlas tak akan menghiraukan pandangan manusia atas dirinya. Ia hanya bekerja dan beramal karena-Nya. Ia menyerahkan segalanya kepada Rabbul 'Izzati. Ia tak ingin pujian dari manusia. Tak ingin berbesar hati dalam pandangan orang-orang yang ikhlas. Ia hanya berharap buah yang harum dari-Nya. Wallahu a’lam bish-showab.
taken from, eramuslim.com
Pasar Minggu, 18 Desember 2006 (laatahzan_84@yahoo.com)