Maret 14, 2010

KERJA IKHLAS

By Jamil Azzaini
website;http://jamil.niriah.com

Kata ikhlas sudah sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Namun ada tiga kesalahpahaman terhadap makna ikhlas yang saat ini ada di tengah-tengah masyarakat yang ingin saya luruskan.

Pertama, Ikhlas itu bukan pasrah.

Pasrah berarti menerima keadaan yang kita alami tanpa berbuat apa-apa untuk mengubahnya. Orang jawa bilang ‘nrimo’. Pasrah itu dekat dengan nyerah. Kita pasrah karena kita terlalu malas atau terlalu takut untuk berupaya mendapatkan kembali apa yang menjadi hak kita. Ini jelas bukan ikhlas.

Kedua, Ikhlas bukan sekedar suasana hati.

Ikhlas seringkali disamakan dengan sebuah perasaan yang damai, tenang, terbebas dari masalah. Ketenangan hati yang dimiliki seseorang yang ikhlas harus mewujud dalam perilaku yang memiliki nilai tambah bagi dirinya dan lingkungan sekitarnya. Seseorang boleh saja mendapatkan ketenangan hati dan merasa terbebas dari masalah, tetapi jika ketenangan hati tersebut tidak membuatnya menjadi lebih produktif, lebih mampu membuat keputusan yang lebih baik, lebih bermanfaat bagi orang lain, maka keikhlasannya belum berarti apa-apa.

Ketiga, Ikhlas tidak hanya berada pada gelombang alfa.

Otak manusia memiliki beberapa gelombang mengikut pada kondisi saat itu. Gelombang delta ketika tertidur, tetha ketika ‘tidur’tidur ayam’, alfa ketika rileks atau khusu’, beta ketika terjaga dan konsentrasi, serta gamma ketika sedang merasa tercerahkan dan penuh dengan semangat. Karena ikhlas identik dengan ketenangan hati, maka sebagian berpendapat bahwa untuk menjadi ikhlas kita harus berada pada gelombang alfa. Meditasi adalah bentuk salah satu cara untuk masuk ke gelombang alfa. Apakah memang demikian?

Pertanyaanya adalah, jika ikhlas hanya berada pada gelombang alfa, maka apakah orang yang berjuang untuk negara dan agamanya di medan perang kita katakan tidak ikhlas? Karena saat itu dia tidak sedang berada pada kondisi alfa. Demikian juga orang yang bekerja bercucuran keringat seharian untuk menafkahi keluarganya.

Walaupun memang mudah bagi kita untuk merasa ihklas di gelombang alfa, namun bukan berarti ikhlas hanya berada di gelombang tersebut. Apapun yang Anda lakukan dalam kondisi gelombang otak manapun, selama Anda melakukannya tanpa berharap imbalan dalam bentuk apapun dari mahluk lain, maka Anda ikhlas.

Jadi kesimpulannya adalah, bagi kami di kubik, ikhlas itu adalah sebuah KATA KERJA, bukan kata sifat. Ikhlas memiliki makna aksi nyata. Sebuah aksi yang dilakukan tanpa pamrih sehingga menghasilkan nilai tambah yang sangat besar. Seorang pertapa yang mampu bermeditasi selama berjam-jam lamanya dan meraih ketenangan jiwa belum menjadikannya orang yang ikhlas. Karena dia memilih untuk menyepi. Berkutat pada dirinya sendiri. Menjauh dari lingkungan sekitarnya. Sehingga ketenangan jiwa yang diperolehnya tidak menghasilkan nilai tambah apa-apa bagi sekitarnya. Dia tidak menjadi lebih produktif dan duniapun tidak menjadi lebih baik karenanya. Dalam pandangan kami, pertapa tersebut belum bisa dikategorikan sebagai orang yang ikhlas.

Dengan kata lain, untuk menjadi ikhlas yang sesungguhnya, seseorang harus aktif. Tidak boleh pasif. Anda harus bisa membuktikan keikhlasan Anda dengan aksi nyata Anda. Seorang ABG menempatkan ‘cinta’ sebagai kata sifat, sehingga dia sibuk berkutat pada dirinya sendiri, mengharap untuk dicintai kembali, menuntut perhatian yang lebih karena dirinya sedang dalam kondisi ‘jatuh cinta’. Artinya, cintanya pasif.

Bagi orang dewasa cinta sudah menjadi kata kerja, artinya ‘cinta’ itu mewujud dalam bentuk aksi nyata yang dilakukan tanpa berpamrih, layaknya seorang ibu yang mencintai anaknya akan terbangun ditengah malam buta untuk membuatkan susu untuk anaknya.

Demikian pula dengan ikhlas, seseorang guru yang ikhlas akan mendidik muridnya dengan segenap kemampuannya walaupun tidak memperoleh bayaran yang sepadan. Seorang bawahan yang ikhlas akan selalu memberikan hasil kerja yang terbaik walaupun atasannya tidak pernah memujinya sekalipun. Seorang pimpinan yang ikhlas akan membina bawahannya dengan sepenuh hati walau perusahaan tidak pernah membayarnya untuk melakukan hal itu. Ini adalah ikhlas yang sesungguhnya. Mereka lakukan sesuatu karena mereka senantiasa terdorong untuk memberikan yang terbaik untuk orang-orang yang ada disekitarnya dan mereka tidak mengharap apa-apa sebagai imbalan dari manusia dan mahluk lain.

Jadi apa yang menjadi ciri dari seorang yang ikhlas? Dan bagaimana menjadi orang-orang yang ikhlas. Baca buku Best Seller cetakan kedelapan Kubik Leadership, terbitan Gramedia. Insya Allah Anda akan mendapat jawabannya.