Tampilkan postingan dengan label Personality. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Personality. Tampilkan semua postingan

Maret 02, 2013

Produktivitas Kolektif, Ust. Anis Matta

Enteng benar Ummu Salamah menjawab pertanyaan Anas bin Malik. Khadam Rasulullah SAW ini diam-diam mengamati sebuah kebiasaan Sang Rasul yang rada berbeda ketika beliau menemui  Ummu Salamah dan ketika beliau menemui Aisyah.

Rasulullah SAW selalu secara langsung dan refleks mencium Aisyah setiap kali menemuinya,
termasuk di bulan Ramadhan. Tapi, tidak begitu kebiasaan beliau saat bertemu Ummu Salamah. Nah, kebiasaan itulah yang ditanyakan Anas bin Malik kepada Ummu Salamah, yang kemudian dijawab begini: “Rasulullah SAW tidak dapat menahan diri ketika melihat Aisyah.”

Jawabannya Cuma begitu.
Penjelasannya sesederhana itu.
Datar. Yah, datar saja.

Seperti hendak menyatakan sebuah fakta tanpa pretensi. Sebuah fakta yang diterima sebagai suatu kewajaran tanpa syarat. Tanpa penjelasan.
Sudah begitu keadaannya, kenapa tidak?
Atau apa yang salah dengan fakta itu?
Apa yang harus dicomplain dari kebiasaan itu?
Itu sama sekali tidak berhubungan dengan harga diri yang harus membuat ia marah. Atau menjadi keberatan yang melahirkan cemburu. Mati rasakah ia? Hah? Tapi siapa berani bilang begitu?
 
Terlalu banyak masalah kecil yang menyedot energi kita. Termasuk banyak pertengkaran dalam keluarga. Sebab kita tidak punya agenda-agenda besar dalam hidup. Atau punya tapi fokus kita tidak ke situ. Jadi kaidahnya sederhana: kalau energi kita tidak digunakan untuk kerja-kerja besar, maka perhatian kita segera tercurah kepada masalah-masalah kecil.
 
Karena mereka punya agenda besar dalam hidup, maka mereka tidak membiarkan energi mereka terkuras oleh pertengkaran-pertengkaran kecil, kecuali untuk semacam “pelepasan emosi” yang wajar dan berguna untuk kesehatan mental.
Kehidupan mereka berpusat pada penuntasan misi kenabian di mana mereka menjadi bagian dari tim kehidupan Sang Nabi. Jadi masalah kecil begini lewat begitu saja. Tanpa punya bekas yang mengganggu mereka. Fokus mereka pada misi besar itu telah memberi mereka toleransi yang teramat luas untuk membiarkan masalah-masalah kecil berlalu dengan santai.
 
Fokus pada misi besar itu dimungkinkan oleh karena sejak awal akad kebersamaan mereka adalah janji amal. Sebuah komitmen kerja. Bukan sebuah romansa kosong dan rapuh. Mereka selalu mengukur keberhasilan mereka pada kinerja dan pertumbuhan kolektif mereka yang
berkesinambungan sebagai sebuah tim. Persoalan-persoalan mereka tidak terletak di dalam, tapi di luar. Mereka bergerak bersama dari dalam ke luar. 

Seperti sebuah sungai yang mengalir menuju muara besar: masyarakat. Mereka adalah sekumpulan riak yang menyatu membentuk gelombang, lalu misi kenabian datang bagai
angin yang meniup gelombang itu: maka jadilah mereka badai kebajikan dalam sejarah
kemanusiaan.
 
Cinta memenuhi rongga dada mereka. Dan semua kesederhanaan, bahkan kadang  
kepapaan, dalam hidup mereka tidak pernah sanggup mengganggu laju aliran sungai mereka menuju muara masyarakat. Mereka bergerak. Terus bergerak. Dan terus bergerak.
Dan romansa cinta mereka tumbuh kembang di sepanjang jalan perjuangan itu.

Sumber; ebook serial cinta by PKS Banyumas

Oktober 17, 2010

Tips menghadapi rasa Takut

Shahabatku yang indah dan baik.
Pernahkah anda mengalami, dimana semangat penuh antusias mu yang Api nya memanasi dadamu berkobar? kobarannya membuatmu segera untuk bertindak mewujudkan kehidupan cemerlangmu. Engkau sungguh bergairah untuk segera mewujudkannya. Shahabat, orang tua, teman dekatmu, bahkan atasanmu bangga dengan sikapmu. Engkau menunjukkan kepada mereka sikap seorang pemberani, seorang pemenang yang berjiwa besar. Dengan sikapmu itu menjadikanmu lebih percaya diri.
Namun sungguh aku menjadi heran, bahkan bertanya-tanya dalam diriku. Mengapa ksatria penuh gagah berani, duduk terdiam seorang diri. Tekadang aku melihatnya dalam keraguan. Padahal dia tau apa yang harus dilakukaknnya. Hal apakah yang membuatmu berhenti disini shahabat?
“Aku khawatir dan takut, tindakan yang akan aku lakukan nanti memalukanku. Aku khawatir dengan perkataan mereka terhadap diriku, bila nanti aku gagal mendapatkan apa yang aku inginkan. Mereka menertawakanku. .. daripada itu terjadi lebih baik aku diam.”
Ooo..aku mengerti sekarang, mengapa rencana-recana besar di Buku Impianmu belum engkau wujudkan. Aku tau mengapa engkau diam selama ini. Padahal seringkali engkau sampaikan kepadaku, sangat ingin mengapai dan mewujudkan impianmu.
Shahabatku yang baik.
Aku bisa merasakan apa yang kau alami saat ini. Mari kita duduk sejenak, ayo kita buka kembali janji-janji akan kecemerlangan masa depanmu. Ternyata rasa Khawatir dan TAKUT lebih besar dibandingkan NIAT (keinginan) mu menjadi pribadi mulia.
Perhatikanlah kembali, apa sebenarnya yang engkau inginkan? apakah engkau benar-benar menginginkannya? Apa yang mendasarimu untuk melakukannya, Mengapa? Jawab kembali pertanyaan ku ini. Mungkin NIAT mu terlalu kecil, sehingga dikalahkan oleh rasa khawatir dan Takut itu. Yang padahal belum tentu sebagaimana kau takutkan. Aku tau, nasehbat ini berat bagimu.
Bukankah engkau ingin melakukan itu untuk membesarkan Asma Allah dibumi ini? Bukankah setiap kali engkau memulainya dengan mengatas namakan Asma Nya? Bukankah yang ingin kau lakukan untuk melaksanakan perintahNya? Bukankah itu demi kebaikan keluarga dan hidupmu?
Shahabatku yang Tangguh.
Apakah rasa khawatir,malu dan takut mu lebih besar dibandingkan NIAT baik nan mulia ini? Apakah dengan benar-benar mengangungkan Asma Nya masih memberatkanmu berkata? kakimu sulit melangkah? tanganmu susah diangkat?
Jika rasa khawatir dan takut masih membayangi fikiranmu. Perbaiki kembali NIAT dibalik keinginanmu, Rubahlah menjadi jauh lebih besar dan mulia dari sebelumnya. Sehingga rasa takut yang datang untuk bertindak, tidak mampu menghentikan langkahmu. karena NIAT BAIK mu sangat BESAR.
Berusahalah pada kemampuanmu (IKHTIAR) dan biarkanlah HASIL menjadi wewenang (Keputusan) Allah.
Lambadeuk, 5 oktober 2009
Nasehat dari shahabat dekat yang selalu bersama, dimanapun aku berada.

RAHMADSYAH
Practitioner NLP I 081511448147 I Motivator & Trauma Therapist

Dewasa dan bijak

Perbedaan itu suatu yang biasa, bila diterima dengan kedewasaan
Bahkan perbedaan itu, akan menjadikan suatu bentuk kesempurnaan..dan
Melengkapi kekurangan yang tidak ada pada diri masing-masing bila…
Perbedaan diterima dengan keikhlasan dan kelapangan jiwa,
Tanpa diliputi oleh rasa iri dan keegoisan
Kejujuran bersemayam di dalam hati kecil manusia
Tanpa bisa dijangkau oleh akar pikir dan logika
Berkata jujur dan apa adanya..sudah mengurangi sebagian beban yang ada
Meskipun..akan menimbulkan suatu kepahitan yang harus ditelan
Namun..hidup lebih berharga..bila dilandasi dengan kejujuran
Hidup itu suatu pilihan manusia untuk menentukan dirinya akan menjadi apa..?
Sedangkan..kematian adalah kodrat manusia
Yang tidak bisa dihindarkan walau hanya sekedip mata
Menjadi tua adalah suatu keharusan, tetapi menjadi dewasa adalah suatu pilihan
Begitupun menjadi seorang bijak, adalah pilihan yand didasarkan atas
Kedewasaan, pengalaman hidup dan kematangan dalam berfikir
Adakalanya orang yang menjadi tua, tapi tidak pernah menjadi dewasa
Apalagi menjadi seorang bijak..? Karena hanya orang bodoh
Yang tidak mau memetik pelajaran dan mengambil hikmah dari setiap pengalaman
Kejujuran adalah apa yang terlintas dihati,
Diucapkan dengan kata-kata, dan dibuktikan dengan sikap.
Kemunafikan adalah, apa yang diucapkan dengan kata-kata
Tidak  sesuai dengan yang diinginkan dihati, dan tidak selalu sama dengan yang dilakukan.
Pengecut adalah, menutupi segala kebenaran dihati, malu untuk mengakui,
Takut untuk melangkah karena suatu resiko yang belum tentu terjadi.
Kedewasaan adalah, mampu menyikapi segala bentuk kenyataan yang terjadi,
Menerima semua kritikan yang datang, dan tidak memaksakan pendapatnya untuk diterima
Orang bijak selalu belajar dari pengalaman, merenung dan introspeksi diri tanpa membodoh-bodohkan orang lain, karena tidak ada orang yang mulia tanpa melalui suatu kebodohan yang pernah dijalankan. Mengenal diri adalah kunci hidup suatu ketenangan batin, memahami kesalahan adalah suatu keberhasilan sedangkan memaafkan kesalahan orang lain, adalah suatu kemuliaan

Best Regards
Tombo Ati
Sumber http://gappala.multiply.com/journal/item/23/DEWASA_DAN_BIJAK