Oktober 17, 2010

Tips menghadapi rasa Takut

Shahabatku yang indah dan baik.
Pernahkah anda mengalami, dimana semangat penuh antusias mu yang Api nya memanasi dadamu berkobar? kobarannya membuatmu segera untuk bertindak mewujudkan kehidupan cemerlangmu. Engkau sungguh bergairah untuk segera mewujudkannya. Shahabat, orang tua, teman dekatmu, bahkan atasanmu bangga dengan sikapmu. Engkau menunjukkan kepada mereka sikap seorang pemberani, seorang pemenang yang berjiwa besar. Dengan sikapmu itu menjadikanmu lebih percaya diri.
Namun sungguh aku menjadi heran, bahkan bertanya-tanya dalam diriku. Mengapa ksatria penuh gagah berani, duduk terdiam seorang diri. Tekadang aku melihatnya dalam keraguan. Padahal dia tau apa yang harus dilakukaknnya. Hal apakah yang membuatmu berhenti disini shahabat?
“Aku khawatir dan takut, tindakan yang akan aku lakukan nanti memalukanku. Aku khawatir dengan perkataan mereka terhadap diriku, bila nanti aku gagal mendapatkan apa yang aku inginkan. Mereka menertawakanku. .. daripada itu terjadi lebih baik aku diam.”
Ooo..aku mengerti sekarang, mengapa rencana-recana besar di Buku Impianmu belum engkau wujudkan. Aku tau mengapa engkau diam selama ini. Padahal seringkali engkau sampaikan kepadaku, sangat ingin mengapai dan mewujudkan impianmu.
Shahabatku yang baik.
Aku bisa merasakan apa yang kau alami saat ini. Mari kita duduk sejenak, ayo kita buka kembali janji-janji akan kecemerlangan masa depanmu. Ternyata rasa Khawatir dan TAKUT lebih besar dibandingkan NIAT (keinginan) mu menjadi pribadi mulia.
Perhatikanlah kembali, apa sebenarnya yang engkau inginkan? apakah engkau benar-benar menginginkannya? Apa yang mendasarimu untuk melakukannya, Mengapa? Jawab kembali pertanyaan ku ini. Mungkin NIAT mu terlalu kecil, sehingga dikalahkan oleh rasa khawatir dan Takut itu. Yang padahal belum tentu sebagaimana kau takutkan. Aku tau, nasehbat ini berat bagimu.
Bukankah engkau ingin melakukan itu untuk membesarkan Asma Allah dibumi ini? Bukankah setiap kali engkau memulainya dengan mengatas namakan Asma Nya? Bukankah yang ingin kau lakukan untuk melaksanakan perintahNya? Bukankah itu demi kebaikan keluarga dan hidupmu?
Shahabatku yang Tangguh.
Apakah rasa khawatir,malu dan takut mu lebih besar dibandingkan NIAT baik nan mulia ini? Apakah dengan benar-benar mengangungkan Asma Nya masih memberatkanmu berkata? kakimu sulit melangkah? tanganmu susah diangkat?
Jika rasa khawatir dan takut masih membayangi fikiranmu. Perbaiki kembali NIAT dibalik keinginanmu, Rubahlah menjadi jauh lebih besar dan mulia dari sebelumnya. Sehingga rasa takut yang datang untuk bertindak, tidak mampu menghentikan langkahmu. karena NIAT BAIK mu sangat BESAR.
Berusahalah pada kemampuanmu (IKHTIAR) dan biarkanlah HASIL menjadi wewenang (Keputusan) Allah.
Lambadeuk, 5 oktober 2009
Nasehat dari shahabat dekat yang selalu bersama, dimanapun aku berada.

RAHMADSYAH
Practitioner NLP I 081511448147 I Motivator & Trauma Therapist

Menuju Cinta Hakiki

Menuju Cinta Hakiki Komitmen kita dalam berdakwah merupakan gambaran komitmen kita dalam beribadah. Ketika kita lemah, malas, atau bahkan meninggalkan dakwah ini, maka seperti itulah cerminan ibadah kita. Periksa kembali ibadah kita. Mungkin ada yang salah didalamnya. Ada yang harus diperbaiki. Selam kembali dasar lautan hati kita sampai kita menemukan Mutiara keteguhan, keikhlasan, dan kesabaran.
Biarkanlah mereka mengatakan jalan dakwah yang kupilih ini adalah jalan yang berat. Namun bagiku, inilah jalan terbaik untuk menuju Kabahagiaan yang hakiki. Biarkan mereka mengatakan jalan yang kupilih ini adalah jalan yang penuh duri. Tapi bagiku, tusukan-tusukannya sudah menjadi kenikmatan yang tidak akan pernah mereka rasakan. Biarkan mereka mengatakan bahwa jalan yang kupilih ini adalah api yang akan membakar hangus seluruh tubuhku. Tapi bagiku, Ia sudah menjadi sesuatu yang memberi kesejukan dalam hidupku. Biarkan mereka mengatakan jalan yang kupilih ini melelahkan. Tapi bagiku jalan ini adalah seperti oase di padang gersang ketika orang yang melintasinya merasa kehausan. Biarkan mereka mengatakan jalan yang kupilih ini akan membuatku miskin. Tapi bagiku, jalan ini menjadikanku merasa orang terkaya di dunia. Biarkan mereka mengatakan jalan yang kupilih ini adalah jalan yang membikin linglung. Tapi bagiku, jalan ini telah menjadikanku tegar setegar Bongkahan batu karang yang diterjang Ombak membadai.
Di jalan ini aku telah menemukan Cinta. Cinta suci dan hakiki. Ia telah mengajariku tentang Indahnya berjuang. Ia telah mengajariku tentang kenikmatan berkorban. Ia telah mengajariku tentang kebahagiaan bersabar. Ia telah mengajariku tentang kemanisan lautan ikhlas.
Adakah yang lebih baik di dalam hidup ini selain bekerja sama dengan Allah ? Adakah pekerjaan yang lebih baik di dunia ini selain menjadi Pelayan Allah sang Khalik ? Kalau memang tidak ada, lalu apa yang membuatmu wahai diri untuk tidak melaksanakannya.
Mungkinkah disebabkan karena jaminan laba yang kita dapatkan dalam bentuk harta tidak menjanjikan ? Atau mungkin karena ia tidak akan menjadikan kita manusia terpandang di mata manusia ? atau mungkin juga karena tidak adanya pasilitas kemewahan duniawi yang akan kita peroleh ?
Bukankah Allah telah membeli harta dan Jiwa kita dengan syurganya yang menawan ? Sungguh Maha pemurah Allah Azza Wajalla. Ia memberikan kita modal yang sangat banyak. Modal yang seharusnya kita gunakan untuk “berbinis” di jalanNya. Tapi kemudian Allah membelinya dengan kenikmatan Jannahnya. Padahal seandainya Allah mau, Dia bisa saja mengambil semuanya dari kita tanpa meminta persetujuan kita.
Sungguh beruntung orang-orang yang telah memanfaatkan modalnya dengan baik. Sungguh beruntung orang-orang yang telah berinvestasi di jalan kemuliaan. Karena disana mereka akan terus menemukan keuntungan-keuntungan yang tidak akan mungkin akan tertandingi oleh apapun. Bahkan seluruh langit dan bumi beserta seisinya sekalipun. Butuh kesabaran dan keikhlasan memang untuk memperolehnya.
Sabar dalam beramal, itulah karakter para pejuang. Ikhlas dalam beramal, itulah prinsip para pejuang. Karena sesungguhnya, Sakit didunia akan menjadi kuat ketika kita mengingat keuntungan yang akan kita peroleh di Akhirat nanti. Sedih di dunia akan menjadi kebahagiaan ketika mengingat Syurganya. Penderitaan di dunia menjadi nikmat ketika hanya KeridhaanNya yang kita tuju
Sabarlah dalam berjuang dan berkorban Saudaraku. Ikhlaskan apa yang kita miliki untuk menuju pertemuan denganNya. Pertemuan dengan para Nabi dan Rasul. Pertemuan dengan orang-orang beriman. Pertemuan dengan para pejuang Badar. Pertemuan dengan para Syuhada. Dan Pertemuan dengan Allah yang maha Gagah, Maha Indah dan Maha Sempurna
sumber: http://tsabitulazzam.blogspot.com/2009/01/menuju-cinta-hakiki_31.html
http://chaliim.wordpress.com/

cahaya Cinta

Cahaya Cinta
telah menembus bilik qolbuku
Rasanya hangat menyinari qolbu
Bak cahaya musim semi,
menumbuhkan tunas muda
memekarkan bunga sakura
dalam taman cinta
Ku bertanya padanya kenapa cinta hadir
inginkah menjadi cahaya? yang menjadikan bumi penuh warna?
cahaya yang menumbuhkan, menyegarkan, menghidupkan
namun aku hanya seoarang insan yang tak sempurna
yang merindukan mu di taman cinta-Nya
aku mencintaimu karena engkau
dicintai Sang Pemberi
Cinta
Ya ALLAH…
izinkan aku mencintai-Mu melebihi segala yang ada di dunia ini
izinkan aku mencintai orang-orang yang mencintai-Mu
izinkan aku mencintai segala perkara
yang dapat menjuruskan
aku untuk mencintai
Mu
Ya Nabi salam ‘alaika
Ya Rasul salam ‘alaika
Shalawatullah ‘alaika
aamiin
Bandung, 15 Juni 2009
Chalim

Dewasa dan bijak

Perbedaan itu suatu yang biasa, bila diterima dengan kedewasaan
Bahkan perbedaan itu, akan menjadikan suatu bentuk kesempurnaan..dan
Melengkapi kekurangan yang tidak ada pada diri masing-masing bila…
Perbedaan diterima dengan keikhlasan dan kelapangan jiwa,
Tanpa diliputi oleh rasa iri dan keegoisan
Kejujuran bersemayam di dalam hati kecil manusia
Tanpa bisa dijangkau oleh akar pikir dan logika
Berkata jujur dan apa adanya..sudah mengurangi sebagian beban yang ada
Meskipun..akan menimbulkan suatu kepahitan yang harus ditelan
Namun..hidup lebih berharga..bila dilandasi dengan kejujuran
Hidup itu suatu pilihan manusia untuk menentukan dirinya akan menjadi apa..?
Sedangkan..kematian adalah kodrat manusia
Yang tidak bisa dihindarkan walau hanya sekedip mata
Menjadi tua adalah suatu keharusan, tetapi menjadi dewasa adalah suatu pilihan
Begitupun menjadi seorang bijak, adalah pilihan yand didasarkan atas
Kedewasaan, pengalaman hidup dan kematangan dalam berfikir
Adakalanya orang yang menjadi tua, tapi tidak pernah menjadi dewasa
Apalagi menjadi seorang bijak..? Karena hanya orang bodoh
Yang tidak mau memetik pelajaran dan mengambil hikmah dari setiap pengalaman
Kejujuran adalah apa yang terlintas dihati,
Diucapkan dengan kata-kata, dan dibuktikan dengan sikap.
Kemunafikan adalah, apa yang diucapkan dengan kata-kata
Tidak  sesuai dengan yang diinginkan dihati, dan tidak selalu sama dengan yang dilakukan.
Pengecut adalah, menutupi segala kebenaran dihati, malu untuk mengakui,
Takut untuk melangkah karena suatu resiko yang belum tentu terjadi.
Kedewasaan adalah, mampu menyikapi segala bentuk kenyataan yang terjadi,
Menerima semua kritikan yang datang, dan tidak memaksakan pendapatnya untuk diterima
Orang bijak selalu belajar dari pengalaman, merenung dan introspeksi diri tanpa membodoh-bodohkan orang lain, karena tidak ada orang yang mulia tanpa melalui suatu kebodohan yang pernah dijalankan. Mengenal diri adalah kunci hidup suatu ketenangan batin, memahami kesalahan adalah suatu keberhasilan sedangkan memaafkan kesalahan orang lain, adalah suatu kemuliaan

Best Regards
Tombo Ati
Sumber http://gappala.multiply.com/journal/item/23/DEWASA_DAN_BIJAK

Maka nikmat Tuhanmu yang mana lagi kah yang kamu dustakan?

dari kesulitan hidup itu Kau masih mengajariku....
dari kepayahan langkah ini kau masih memeliharaku...
dan dari rasa syukur yg Kau sisipkan dalam hati ini..
Kau masih berikan ku kesempatan merasakan bahagia....
hingga dari berbagai ujian yg Kau berikan itu meneguhkan....
dan dari setiap kejadian itu Kau beriku kesadaran...
yg buat ku tak melalai membuang hikmah2 yang ada...
"fabiayyiaalaairabbikumaa tukadzdzibaan" ....rahmat-Mu begitu besar Yaa Rabb-ku....

Oktober 06, 2010

Jangan Jadi "Miss Komplain"


Pernahkah Anda menghitung berapa kali Anda mengeluh dalam satu hari, mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi. Jika dibuat daftarnya, bisa jadi sepanjang hari itu kita lebih banyak mengeluh dari hal-hal yang sepele di rumah sampai hal-hal yang berat di tempat kerja atau di lingkungan tempat kita tinggal.
Suatu hal yang wajar jika sesekali kita mengeluh, karena sudah menjadi kodrat manusia suka berkelu kesah seperti disebutkan dalam Surat Al-Ma'arij ayat 19-21, "Sesungguhnya manusia itu diciptakan dengan sifat suka mengeluh. Apabila ditimpa musibah dia mengeluh dan apabila ditimpa kesenangan berupa harta ia jadi kikir." Tapi yang sering terjadi adalah, tidak ditimpa musibah pun kita kadang sering mengeluh. Jalanan macet kita mengeluh, padahal kita tahu bahwa kemacetan adalah pemandangan sehari-hari di kota Jakarta. Pekerjaan rumah tangga menumpuk karena tidak ada pembantu, kita mengeluh. Anak rewel, kita mengeluh. Tugas di kantor bertambah, kita mengeluh. Seolah semua hal jadi bahan keluhan.
Padahal kalau ditelaah, banyak hal-hal yang kita keluhkan hanyalah urusan dunia, karena ketidakpuasan kita terhadap hal-hal yang bersifat duniawi. Tapi manusia memang sudah terbiasa banyak mengeluh, hingga kadang lupa mensyukuri hal-hal yang kita anggap tidak penting padahal sangat penting. Sebut saja nikmat sehat. Pernahkah kita bersujud dan mengucap syukur dengan tulus karena Allah telah memberi nikmat sehat setiap hari sehingga kita bisa melakukan aktivitas dengan lancar. Jika pun ada hambatan, seharusnya tidak membuat kita jadi mengeluh tapi melihatnya sebagai ujian dan tantangan.
Sebagai makhluk yang lemah, setiap manusia tentu saja suatu waktu pernah mengeluh, sadar atau tidak sadar. Asalkan tidak menjadi kebiasaan dan akhirnya menjadi karakter yang bakal sulit dihapus dari kepribadian seseorang. Orang yang memiliki karakter suka mengeluh akan berdampak pada munculnya suasana yang tidak nyaman bagi lingkungan dan orang di sekitarnya. Pernahkah Anda berjumpa dengan orang yang tabiatnya suka mengeluh dan Anda merasakan sangat tidak nyaman bahkan jengkel berada di dekatnya.
Kita memang harus waspada dengan sifat suka mengeluh ini, jika tidak ingin sifat buruk ini menjelma menjadi bagian dari karakter. Untuk itu perlu latihan pengendalian diri agar tidak selalu melontarkan keluhan Bagaimana caranya?
1. Biasakan menyampaikan keluh kesah pada Allah semata
Ketika kita ditimpa kemalangan atau musibah, lebih baik kita menyampaikan keluh kesah dan kegundahan hati kita pada Allah Swt. Karena Dia-lah Yang Mahatahu segala persoalan dan kegundahan dalam jiwa kita. "Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya," (QS Yusuf;86).
2. Kita bisa berkeluh kesah pada orang lain, hanya jika keluh kesah itu merupakan hal yang penting.
Ini mungkin berkaitan dengan upaya Anda untuk mendapatkan hak Anda, atau hak orang lain yang Anda kenal. Kadang memiliki keluhan dan menyampaikan keluhan pada orang lain itu penting, asalkan disampaikan dengan baik-baik dan tidak berlebihan.
3. Bicarakan solusi yang praktis
Daripada mengeluh tiada akhir, lebih baik memikirkan atau membicarakan solusi praktis atas permasalahan yang kita hadapi. Tidak ada masalah yang tidak bisa dicari solusinya. Jika menemui jalan buntu, mohonlah bantuan pada Allah Swt.
4. Jangan membesar-besarkan hal yang kecil
Anas bin Malik berkata, "Saya melayani Rasululullah Saw. selama dua puluh tahun dan beliau tidak pernah mengatakan 'ahh' pada saya. Dan beliau tidak pernah mengatakan apapun yang tidak saya lakukan, 'mengapa kamu tidak melakukannya?' atau apapun yang telah saya lakukan, 'mengapa engkau melakukan itu?'" (HR Muslim). Jadi biarkan saja hal-hal sepele yang tidak penting itu lenyap dan tidak lagi mengganggu pikiran kita.
5. Bicaralah tentang nikmat Allah
Daripada memilih membicarakan segala sesuatu yang salah dalam hidup Anda, pilihlah topik pembicaraan tentang hal-hal yang menyenangkan dalam hidup Anda. Dengan bersikap seperti ini, bukan hanya membantu Anda menghindar dari keluhan, tapi juga mematuhi perintah Allah untuk selalu mensyukuri nikmat Allah, "Lalu nikmat Allah manakah yang engkau dustakan?".
6. Ingatlah mereka yang kurang beruntung
Salah satu cara untuk menyentak kita kembali untuk melihat realitas dan menghargai berkah yang Allah berikan pada kita adalah mengingat mereka yang kurang beruntung dari kita.. Bacalah berita-berita tentang orang lain yang menderita di Asia, Afrika, dan seluruh dunia. Bacalah tentang kehidupan anak yatim piatu di Palestina, tentang kehidupan para tunawisma di lingkungan kita sendiri. Sesekali berinteraksilah dengan mereka dan jangan menenggelamkan diri dalam rasa putus asa, tetapi menggunakan cerita mereka sebagai alat untuk bersyukur dan bersyukur kepada Allah atas apa yang kita miliki.
7. Kurangi stres dalam hidup Anda
Kita mungkin mengeluh karena kita mengalami stres yang cukup berat dalam kehidupan ini. Anda perlu tempat untuk menyendiri. Berhentilah sejenak, carilah tempat yang tenang untuk bersantai, duduk di ruang yang gelap, tarik napas dalam-dalam selama beberapa menit, berjalan-jalan di luar rumah, mendengarkan lagu-lagu nasheed dan membaca beberapa Al Qur'an akan memberikan ketenangan bagi hati dan pikiran yang sedang tertekan.
8. Bacalah kisah-kisah dalam Sirah, catatlah bagian-bagian yang penting dan pengalaman para nabi, sahabat nabi dan generasi-generasi muslim di masa lalu, belajarlah dari pengalaman, sikap dan cara mereka menghadapi masalah.
9. Bicarakan masalah-masalah lain yang lebih penting
Misalnya hal-hal baru yang mengundang minat Anda untuk belajar, proyek-proyek untuk pekerjaan Anda atau pengalaman jalan-jalan melihat keindahan alam yang membuat Anda merenungkan keindahan ciptaan Yang Mahakuasa.
10. Ceritakan pengalaman-pengalaman lucu yang pernah Anda alami, asal bukan cerita bohong.
Ketika berkumpul bersama teman atau keluarga, akan lebih ceria jika kita mendengar cerita-cerita lucu daripada mendengar keluhan, yang mereka sendiri tidak bisa membantu memberikan jalan keluar. Ceritakanlah hal-hal ringan yang lucu dan berkesan yang pernah Anda alami, ini akan membuat suasana dan orang di sekeliling Anda lebih menyenangkan.
11. Kenali sikap suka mengeluh yang jadi kebiasaan
Perhatikanlah selalu perkataan kita dari waktu ke waktu, apakah kita merasakan bahwa mengeluh lebih merupakan kebiasaan dari suatu usaha yang berguna? Mengakui hal itu sebagai kebiasaan adalah langkah pertama yang penting untuk mulai melawan sikap suka mengeluh.
12. Cari lingkungan yang lebih baik
Apakah kita merasakan lebih banyak mengeluh jika kita berada di sekitar orang-orang tertentu? Mungkin itu karena kita tidak memiliki banyak kesamaan minat dengan orang-orang tersebut, atau karena mereka tidak tertarik untuk bersikap positif dan berterima kasih. Jika itu terjadi, maka sudah saatnya kita mencari lingkungan teman yang lebih baik.
13. Sedikit Bicara
Umumnya, jika kita sudah mencoba segala sesuatu yang kita pikirkan dan masih menemukan diri kita terlalu banyak mengeluh, mungkin itu karena kita sudah terlalu banyak bicara. Jangan biarkan setan yang mengarahkan kita untuk bicara hal-hal yang tidak berguna atau berbahaya. Pertahankanlah kelembaban lidah dengan selalu mengingat Allah. Bertobatlah kepada-Nya dan bershalawatlah atas nama Rasulullah Saw. sesering mungkin. (ln/sismagz)

Karena Cinta, Ia Rela Berkorban

Oleh M. Arif As-Salman
Sering kali saya perhatikan ketika melintasi jalan, seorang suami menggandeng tangan istrinya dan ia mengangkat tangan memberi isyarat pada mobil yang akan lewat agar berhenti atau mengurangi kecepatannya karena ia dan istrinya ingin melewati jalan tersebut. Seperti halnya juga yang saya lakukan ketika melintasi jalan raya.
Hal apa yang mendorong suami melakukan itu? Dan hal apakah yang bisa kita petik dari pemandangan yang sudah biasa kita saksikan setiap hari tersebut ketika melintasi sebuah jalan ?
Kalau tiba-tiba terjadi kecelakaan, maka yang pertama kali akan kena tabrak adalah sang suami. Dan bila sang suami tersebut tanggap, dengan cepat ia mendorong tubuh istrinya ke tepi jalan agar menghindarkan istrinya dari tabrakan. Dan tinggallah sang suami terbaring dalam balut darah yang deras mengalir di sekujur tubuhnya. Dalam keadaan seperti itu ia masih tetap bisa tersenyum dan berkata, "Alhamdulillah istri saya selamat."
Seorang suami yang baik dan cinta pada istrinya selalu terdepan menjaga dan membela istrinya. Ia rela menempuh kesulitan, kepedihan dan bahkan kesakitan demi istrinya. Semua itu ia lakukan dengan landasan cinta. Bunga cinta yang telah bermekaran di taman hati, nyanyian cinta yang selalu mengisi hari-hari, matahari cinta yang menerangi jalan kehidupan dan rembulan cinta yang menerangi kegelapan malam menjadi sumber kekuatan menempuh pahit manisnya kehidupan.
Karena cinta, sang suami sanggup hidup susah dan menderita. Dan karena cinta sang suami tak akan tega melihat istrinya sibuk mengurus rumah dan anak sendiri. Panggilan suara-suara cinta yang selalu bergema dalam hatinya membuatnya tak akan rela menyaksikan istrinya dalam kesengsaraan.
Dan sekarang mari kita bertanya pada diri kita masing masing ...?
Adakah kecintaan kita pada Allah, Rasul, agama dan kaum muslimin seperti halnya atau melebihi kecintaan seorang suami pada istrinya sebagaimana yang kita gambarkan pada tulisan diatas?
Adakah kita mencintai Allah dengan sebenarnya sehingga kita patuh pada perintahNya, meninggalkan laranganNya dan rela berkorban apapun untuk keridhaanNya?
Adakah kita mencintai Rasulullah, sehingga kita menjadikan beliau sebagai qudwah kita dalam menjalani kehidupan ini dan terdepan ketika ada yang menghina dan melecehkan dirinya?
Adakah kita cinta pada agama ini, sehingga kita selalu dengan senang hati menjalankan ajaran-ajarannya dan ketika ada yang merusak, menghina, melecehkan dan menodai agama ini, kita berada di barisan terdepan untuk membelanya?
Adakah kita mencintai kaum muslimin sehingga kita selalu hidup rukun, damai dan tentram dalam bingkai ukhuwah tanpa ada yang menghina, melecehkan, saling hantam, saling menyalahkan dan saling bunuh?
Pertanyaan-pertanya an tersebut sangat penting untuk selalu kita tanyakan pada diri kita masing-masing. Kita perlu untuk selalu mengukur rasa cinta yang kita miliki pada Allah, Rasul, agama dan kaum muslimin.
Dibanyak tempat, beberapa orang yang mengaku islam belum tampak kesan keislaman pada tutur kata, pola pikir, tingkah laku dan amalan ibadahnya. Mereka hanya baru islam dimulut atau islam KTP. Ketika azan sudah berkumandang mereka masih sibuk dengan pekerjaan masing-masing, dirumah, di kantor, di sawah, di kebun, di pasar dan berbagai tempat lainnya. Tidak berpuasa di bulan ramadhan dan masih suka melakukan praktek hidup bebas, korupsi dan berbagai tindak kriminal lainnya.
Di beberapa tempat lainnya Rasulullah dihina, islam dilecehkan, Al-Qur`an dihujat, kaum muslimin dibantai dan para wanitanya dinodai.
Namun hanya sebagian kecil dari kaum muslimin yang jumlahnya 1 miliar lebih di muka bumi ini yang bergerak untuk menyadarkan kaum muslimin yang telah salah jalan untuk kembali ke jalan yang benar, untuk berjuang membela Nabi Muhammad, membela islam yang ternodai dan membela kaum muslimin yang terzholimi.
Kemana mereka yang mengaku mencintai Allah dan Rasul tersebut? Kenapa ketika bahaya datang menyerang bangunan islam kita tidak melihat mereka berdiri di depan. Seakan-akan mereka telah ditelan oleh bumi.
Ataukah mereka hanya mencintai islam agar dapat mengantarkan mereka meraih keuntungan dunia dan nafsu semata dengan menjadikan agama sebagai kendaraan untuk meraih harta dan jabatan dunia.
Kemana mereka yang katanya rela dicampakkan kedalam kesengsaraan dan penderitaan demi menjauhkan islam dari bahaya?
Sebenarnya mereka tidak mencintai islam. Karena sikap seperti itu bukanlah dinamakan cinta. Karena cinta adalah memberi bukan meminta dari yang dicintai. Karena cinta adalah berkorban untuk yang dicintai bukan mengorbankan yang dicintai untuk meraih keuntungan peribadi.
Pemandangan sang suami yang menggandeng tangan istrinya ketika melintasi sebuah jalan sedikit banyaknya bisa kita ambil pelajaran, bahwa cinta yang telah menghujam kuat dalam hati sang suami membuatnya berada dalam barisan tedepan menjaga, membela dan rela berkorban untuk istrinya.
Begitu juga semestinya yang harus dilakukan oleh setiap muslim, perasaan cinta yang yang telah menghujam kuat dalam dirinya juga harus membuat ia selalu terdepan dalam membela dan menjaga agama Allah ini.
Dan kalaulah kecintaan setiap muslim pada Allah, RasulNya, agama dan kaum muslim seperti halnya dan melebihi kecintaan sang suami pada istri sebagaimana yang kita gambarkan pada tulisan diatas, maka insya Allah Islam akan berjaya, umat islam akan menjalankan agamanya sesuai yang Allah perintahkan dan kita tidak akan mendengar lagi musuh-musuh islam yang berani menghina Allah, menghujat Rasulullah, menodai agama dan membunuh kaum muslimin dan menodai wanita-wanita kaum muslimin. Islam akan dihargai, dihormati dan dengan izin Allah akan berbondong-bondong manusia memeluk agama Allah yang mulia dan sempurna ini. Semoga bisa menjadi renungan kita bersama.

Salam,
Abu Fathma
 
 
 

Kenal, Cinta dan Patuh

Oleh M. Arif As-Salman
Seorang bapak berjalan dengan anaknya yang masih kecil melewati sebuah jalan, dan pada saat yang bersamaan di tempat tersebut lewat seorang Presiden. Si bapak menyapa dengan penuh hormat, menyalami dan bersiap untuk menerima perintah. Bagi si Bapak, menerima perintah dari sang Presiden yang ia cintai dan kagumi adalah suatu kehormatan. Adapun si anak tidak mengacuhkan, bahkan sang Presiden ia permainkan, ia tertewakan dan lempar dengan batu.
Tindakan bapak tadi yang manaruh hormat adalah perwujudan dari tahu dan sadarnya ia dengan siapa sedang berhadapan, dan kalau ia sampai salah sikap, tentu bisa jadi akibat fatal akan menimpanya. Karena ia sadar, Presiden dengan segala wewenang dan kekuasaannya bisa melakukan apapun.
Adapun sikap anak kecil yang tidak acuh dan mempermainkan adalah perwujudan dari kebodohannya dengan siapa ia sedang berhadapan.
Ma`rifatullah adalah titik sentral baik dan bagusnya ibadah kita. Semakin bertambah dan dalam pengetahuan kita tentang Allah akan semakin besar frekuensi dan kualitas ibadah dan ketaatan kita. Karenanya, Allah menyebutkan dalam Al-Qur`an bahwa hamba-hamba yang punya rasa takut di hatinya pada Allah adalah orang-orang yang berilmu.
Dan dari baiknya ma`rifatullah akan terwujud ketaatan yang total pada Allah. Segala berita yang datang dari Allah akan diyakini 100 persen, tanpa ada keraguan satu persenpun. Segala perintah yang Allah sampaikan akan diikuti dan segala larangan akan ditinggalkan. Baik karena takut akan siksaNya kalau membangkang atau karena terdorong untuk mendapatkan balasan pahala yang telah dijanjikanNya.
Diantara langkah-langkah yang harus kita tempuh untuk mengenal Allah adalah dengan selalu membaca dan mentadabburi Al-Qur`an, hadits-hadits Rasulullah Saw., perkataan para sahabat, tabi`in dan generasi as salafus soleh setelah mereka. Kemudian, kita juga perlu menggunakan akal yang telah Allah berikan untuk merenungkan penciptaan diri kita dengan segala kelengkapan dan keindahannya, penciptaan alam semesta dengan segala keteraturan, keindahan dan segala isinya. Sehingga sampailah kita pada kesimpulan, maha suci Allah tidaklah Ia menciptakan semua ini dengan sia-sia.
Dengan terus mengenal Allah, tidak akan henti lidah ini untuk memuji Allah, bersyukur padaNya, takut pada siksaNya, yakin dengan janjiNya dan rindu yang sulit tertahankan untuk bertemu denganNya.
Dan kalau sudah kenal, akan tumbuhlah rasa cinta. Rasa cinta akan selalu hadir dalam hati, akan mengalir seperti derasnya aliran air, cinta yang semakin menggebu dan memabukkan.
Dan kalau sudah cinta, akan datang dengan sendirinya rasa patuh dan tunduk pada yang dicintai. Semuanya akan dikorbankan untuk yang dicintai, tidak hanya harta benda, bahkan jiwa ragapun akan diberikan pada yang dicintai.
Kita sendiri sering melihat, bagaimana rasa cinta begitu kuat mempengaruhi sikap seseorang. Karena cinta, seseorang rela untuk sengsara, menempuh penderitaan dan merasakan kegetiran, Almuhib muthi`un liman ahabba.
Nah, kembali pada diri kita, bagaimanakah sikap kita selama ini dihadapan Allah? Apakah seperti seorang bapak yang menaruh rasa hormat pada sang Presiden ataukah seperti anak kecil yang tidak mengacuhkan?
Setiap kita dengan jujur tentu mengetahui jawabannya. Bila perasaan cinta pada Allah telah hadir dalam diri kita, mari kita bersyukur pada Allah dan berdo`a, semoga Ia selalu menjaganya. Bila ia masih lemah, kadang patuh, tapi ketika dalam kesendirian, kita merasa leluasa untuk berbuat apapun, berarti kondisi hati kita sedang sakit, kita belum sepenuhnya kenal dan cinta pada Allah, masih setengah-setengah. Namun, bila kita selalu mengabaikan perintah Allah dan tidak meninggalkan laranganNya, bahkan apa yang Allah perintahkan kita tinggalkan, apa yang Ia larang kita lakukan, dengan demikian kita masih belum kenal dengan Allah. Ada dua kemungkinan, kemungkinan pertama, adalah karena kebodohan kita dan untuk hal ini kita harus terus dan banyak belajar sampai mengenal Allah. Kemungkinan kedua adalah, karena keangkuhan nafsu dan mengikuti bisikan setan, untuk hal ini, kita mesti cepat menyadarkan diri sebelum terlambat.
Presiden akan bisa ma`lum pada anak kecil atas perlakuannya yang kurang ajar tersebut, karena kebodohannya. Tapi ketika dilakukan oleh orang yang sudah dewasa, yang sudah tahu dengan siapa ia sedang berhadapan, pastinya sang Presiden akan sangat murka, marah dan dengan wewenang yang dimilikinya, para pembangkang dan pemberontak akan ia tangkap, akan dipenjara dan akan disiksa sesuai dengan kejahatan yang dilakukan.
Dan bagi Allah Swt. permisalan yang lebih tinggi. Manusia yang bodoh, yang tidak tahu akan hakekat dirinya yang lemah, hakikat tentang dirinya sebagai seorang hamba, tindakan salah akan menjadi ma`zur baginya. Namun, ketika telah datang berita kebenaran padanya, telah datang cahaya petunjuk kehadapannya, namun ia tetap membantah, membangkang, tentu kemurkaan Allah pada manusia seperti ini akan besar. Dan bila kemungkaran dan pembangkangan itu terus berlanjut sampai ia meninggal, kelak di akhirat ia akan diseret dengan rantai oleh malaikat yang penuh dengan kebengisan dan melemparkan orang tersebut kedalam neraka, dan disanalah ia akan disiksa sesuai dengan tingkat kekufuran dan dosa yang ia perbuat.
Mari kita terus mengenal Allah dengan memperbanyak mentadabburi ayat–ayatNya agar dengannya iman kita bertambah dan keyakinan kita menjadi kokoh.
Lihatlah pada matahari yang tidak lelah dan henti menyinari alam semesta, siapakah yang telah menciptakannya? Lihatlah pada langit yang tinggi, siapakah yang telah mengangkat dan menahannya sehingga ia tidak runtuh? Lihatlah pada burung yang terbang, siapakah yang menahannya? Lihatlah pada berbagai macam tumbuhan, siapakah yang telah menumbuhkannya dan menciptakan berbagai jenisnya? Lihatlah binatang ternak, siapakah yang telah menciptakan dan menundukkannya untuk manusia? Dan kepada gunung, siapakah yang telah menancapkannya? Dan lihatlah kepada bumi, siapakah yang telah menjadikan datar dan terhampar? Dan lihatlah pada diri kita, pada mata yang setiap hari kita gunakan untuk melihat, telinga yang setiap hari kita gunakan untuk mendengar, lidah untuk membantu berbicara, suara yang kita keluarkan, tangan, kaki, rambut akal dan hati, siapakah yang memberi semua itu?
Siapakah yang telah mengukur pertumbuhan tulang-tulang kita, sehingga ia tumbuh dengan seimbang, tidak panjang sebelah, siapakah yang mengukur panjang tangan kita, yang menahan pertumbuhan gigi, alis mata, jari-jari, dan lain sebagainya?
Belumkah semua hal itu mampu mengetuk pintu hati kita untuk mengenal Allah?Untuk mencintaiNya dan patuh padaNya.
Siapakah yang menurunkan hujan dari langit? Siapakah yang telah menumbuhkan berbagai buah-buahan dengan aneka rasa dan jenisnya? Ialah Allah, Tuhan yang kepadaNya semua makhluk akan kembali dan dikumpulkan. Yang dalam genggamanNya segala sesuatu. Tuhan yang Esa, tidak beranak dan tidak diperanakkan, Tuhan yang mengetahui jumlah dedaunan, yang memahami semua bahasa makhlukNya, yang tidak henti siang-malam merawat dan menjaga alam semesta, Tuhan yang mengetahui isi hati, yang mendengar semua kata-kata dan yang melihat semua perbuatan hamba-hambaNya.
Tuhan yang melihat semut yang hitam, yang berjalan diatas batu yang hitam dalam kegelapan malam yang pekat. Tuhan yang mengetahui jumlah tetesan air hujan.
Kalau kita perhatikan, masih banyak manusia yang belum mengenal Allah, bahkan orang-orang yang menamakan dirinya muslim masih banyak yang belum nampak dari tindakannya bahwa ia kenal dengan Allah. Mungkin kita sendiri termasuk kedalam golongan tersebut.
Perhatikanlah tindakan-tindakan kita selama ini, kata-kata kita, pikiran-pikiran kita, keinginan-keinginan kita, sikap kita dan pengamalan agama kita. Apakah telah terwujud dari rasa kenal kita pada Allah, kenal dengan arti yang sesungguhnya?
Karena, kalau kita sudah kenal, kita akan cinta padaNya dan kalau sudah cinta kita akan tunduk dan patuh padaNya. Bila ini belum terwujud, berarti kita perlu membenahi lagi ma`rifatullah dalam diri kita.
Semoga bermanfaat dan menjadi bahan renungan kita bersama.
Salam,
Abu Fathma
http://www.eramuslim.com/oase-iman/kenal-cinta-dan-patuh.htm

Do'a, Ikhtiar dan Tawakal kepada Allah

Oleh Sigit Indriyono
Sudah dua hari aku ditugaskan ke Jakarta oleh perusahaan tempatku bekerja untuk urusan yang harus diselesaikan dengan mitra kerja perusahaan. Sesuai jadual, lusa aku harus kembali ke Bontang. Seperti biasa, kalau ada tugas ke Jakarta aku menginap di suatu hotel di kawasan Cikini. Lokasi hotel berdekatan dengan sebuah Masjid.
Sengaja kupilih hotel tersebut agar bisa sholat Subuh berjama’ah di Masjid. Aku selalu berusaha untuk bisa sholat Subuh berjama’ah di Masjid setiap hari. Pagi itu usai sholat Subuh di Masjid, saat aku baru menginjakkan kaki di lobi hotel, nada pesan singkat di ponselku berbunyi. Segera kubuka dan kubaca pesan singkat : “ Pa, do’ain ya, hr ini adik ulangan matematika.” Rupanya anakku yang bungsu mengirim pesan singkat , minta agar didoa’kan karena hari ini dia akan menghadapi ulangan matematika.
Si bungsu mempunyai kebiasaan permintaan do’a kepada aku dan isteriku setiap akan menghadapi ulangan di sekolah. Di samping itu, saat akan ulangan, dia terbiasa bangun tidur lebih awal, sekitar setengah jam sebelum adzan Subuh. Dilakukannya shalat hajat dua rakaat. Setelah itu dilanjutkan dengan do’a kepada Allah SWT, memohon petunjuk agar diberikan kemudahan dalam menghadapi soal-soal ulangan. Sambil menunggu adzan Subuh, diulanginya belajar yang telah dilakukannya malam harinya. Biasanya, sebelum berangkat ke Masjid, aku mengingatkannya bahwa waktu Subuh tinggal sekian menit lagi.
Allah SWT memerintahkan kita untuk berdo’a kepada-Nya. ” Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina" (QS Al Mu’min [40] : 60).
Do’a adalah salah satu sarana untuk pendekatan kepada Allah SWT yang biasa disebut taqarrub ilallah. Agar do’a dikabulkan oleh Allah SWT , ada syarat-syarat yang harus dipehuhi '' Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.'' (QS Al-Baqarah [2] : 186).
Pada hakikatnya, sholat yang kita lakukan berisikan do’a-do’a. Surat Al Fatihah yang kita baca dalam setiap raka’at, pada ujungnya berisikan do’a agar kita ditunjuki-Nya ke jalan yang lurus. Saat duduk di antara dua sujud, kita baca do’a sesuai tuntunan dalam hadis. Dalam Al Qur’an, banyak contoh-contoh do’a dari dari para Nabi dan orang-orang shaleh.
Dalam hadis Rasulullah SAW , dijelaskan berbagai hal tentang do’a, seperti adab berdo’a yang benar, bacaan do’a yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Ada juga penjelasan tentang waktu-waktu yang utama untuk berdo’a, seperti waktu antara adzan dan iqamat, saat sujud terakhir dalam sholat,  sepertiga malam terakhir, hari Jum’at, saat turun hujan, atau ketika sedang menjalankan ibadah shaum. Ada juga tempat-tempat utama untuk berdo’a, di sekitar Ka’bah : Multazam, Maqam Ibrahim, Hijr Ismail atau Raudhah di Masjid Nabawi.
Setiap aktivitas kita sehari-hari hendaknya di mulai dengan do’a. Mulai saat bangun tidur, masuk kamar mandi, makan-minum, bepergian ke luar rumah, naik kendaraan dan seabreg aktivitas lain. Dengan memulai do’a dalam setiap aktivitas, kita akan merasakan kedekatan dengan Allah SWT dan yakin bahwa Dia akan selalu menyertai kita.

Perlu ditekankan, bahwa di samping berdo’a, harus dilakukan ikhtiar gigih tanpa kenal putus asa. Setelah itu kita bertawakal kepada Allah. Dia Yang Maha Mengetaui apa yang baik buat kita. ''Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui.'' (QS Al-Baqarah [2]: 216).

Bontang, Dzulhijjah 1429 H