bibilung.wordpress.com . Pemeriksaan ini cukup penting bagi wanita yang tak kunjung punya momongan.
Anda
berdua tak berniat menunda kehamilan? Lalu mengapa juga setelah
memasuki tahun kedua perkawinan atau mungkin lebih, Anda tak kunjung
mendapat momongan? Kalau ini yang Anda alami sebagai pasangan suami
istri, umumnya dokter akan menyarankan Anda berdua untuk menja- lani
sejumlah pemeriksaan. Aneka pemeriksaan tersebut diperlukan untuk
memastikan penyebab terjadinya infertilitas/ketidaksuburan.Langkah awal
biasanya berupa pemeriksaan organ reproduksi pada pihak wanita maupun
pria. Selanjutnya, ada sejumlah tes lain guna mendeteksi secara lebih
detail. Pada pria biasanya akan dilakukan tes kualitas dan kuantitas
sperma. Sedangkan pada wanita, salah satu di antaranya adalah
pemeriksaan HSG (histerosalpingografi). Pemeriksaan ini bertujuan untuk
mengetahui kondisi saluran telur. Mengapa diperlukan pemeriksaan saluran
telur? Tak lain karena kehamilan hanya mungkin terjadi bila sel telur
bertemu dengan sel sperma. Pertemuan ini terjadi di ampula tuba (bagian
saluran telur yang melebar).
Untuk mencapai lokasi tersebut, sel sperma harus melalui perjalanan
panjang. Yakni dari liang vagina terus menuju mulut leher rahim lalu ke
rahim dan selanjutnya saluran telur. Sementara sel telur, setelah lepas
dari indung telur akan ditangkap oleh “tangan-tangan” (
fimbrae) saluran telur lalu berjalan menuju ampula.
Nah, bila pada saluran telur terdapat perlekatan atau sumbatan, maka
pertemuan antara sel telur dan sel sperma tadi tidak akan terjadi. Ini
berarti kehamilan pun tidak terwujud. Kalaupun perlekatan itu masih bisa
meloloskan sperma, mungkin saja terjadi kehamilan. Namun kehamilan
tersebut akan terjadi di luar kandungan atau yang paling sering terjadi
adalah kehamilan tuba.
WAKTU YANG TEPAT
HSG dilakukan dengan menyemprotkan cairan yang mengandung zat kontras
ke dalam rongga rahim melalui vagina. Kemudian dilakukan foto rontgen
hingga akan terlihat apakah zat kontras tersebut masuk ke dalam saluran
telur atau tidak. Bila masuk, berarti bebas dari perlekatan atau
penyumbatan yang dalam istilah medis disebut paten. Sebaliknya bila zat
kontras tidak dapat memasuki saluran telur, berarti ada penyumbatan yang
lebih dikenal dengan istilah saluran telur nonpaten.
Hanya saja pemeriksaan khusus ini tidak dapat dilakukan sembarang
waktu. Waktu pemeriksaan yang tepat adalah hari ke-9, ke-10 atau ke-11
dalam siklus haid (dihitung sejak hari pertama mendapat haid). Umumnya
saat memasuki hari ke-9, haid telah selesai dan belum terjadi ovulasi
(dilepaskannya sel telur dari indung telur).
Mengapa harus dilakukan setelah haid selesai? Ini dimaksudkan agar
cairan kontras tadi tidak ikut masuk ke pembuluh darah yang saat
menstruasi dalam keadaan terbuka. Kalau sampai ikut masuk dikhawatirkan
akan menyebabkan penyumbatan di pembuluh darah. Pemilihan hari-hari yang
diasumsikan belum terjadi ovulasi sebagai hari pemeriksaan pun
bertujuan agar tidak mengganggu sel telur yang akan dilepaskan oleh
indung telur. Memasukkan cairan yang mengandung zat kontras ke dalam
saluran telur dikhawatirkan dapat memengaruhi kualitas sel telur.
Secara teknis, pelaksanaan HSG biasanya menimbulkan rasa nyeri dan
tak nyaman karena cairan yang mengandung zat kontras tadi disemprotkan
melalui vagina. Akan tetapi bila yang bersangkutan merasa takut, dapat
dilakukan pembiusan lokal guna mengurangi rasa nyeri.
PLUS MINUS
Selain HSG, sebetulnya ada cara lain yang dapat dilakukan untuk
mengetahui apakah saluran telur seseorang paten atau nonpaten.
Pemeriksaan yang dimaksud adalah pertubasi, yakni mengalirkan CO2
(karbondioksida/zat asam arang) atau yang kerap digunakan adalah cairan
yang mengandung antibiotik dan antiperadangan. Cairan dimasukkan melalui
leher rahim. Inilah yang oleh kalangan awam kerap disebut dengan
istilah “ditiup”. Mengetahui paten atau tidaknya saluran telur
ditentukan dengan mengukur tekanan gas sewaktu peniupan. Berbeda dengan
HSG yang menimbulkan rasa nyeri, saat peniupan, gas yang masuk terasa
hangat. Sedangkan mengenai waktu pemeriksaannya sama seperti HSG, yakni
hari ke-9, 10 dan 11 dihitung dari hari pertama haid.
Bedanya, hasil pemeriksaan HSG bersifat objektif. Artinya, ada data
yang terlihat langsung melalui hasil rontgen. Letak sumbatan pun dapat
diketahui dengan jelas lokasinya. Sedangkan pada pertubasi, letak
sumbatan tidak dapat diketahui. Hanya diketahui adanya sumbatan melalui
perbedaan tekanan gas saat dimasukkan.
Bukan cuma itu. Selain berfungsi menegakkan diagnosis, HSG juga
memberi manfaat sebagai tindakan teraupetik/pengobatan. Umumnya setelah
dilakukan tindakan mengalirkan cairan yang mengandung zat kontras tadi
saluran telur yang tidak paten menjadi paten. Dengan adanya cairan yang
dimasukkan ke dalam saluran telur berarti ada daya dorong yang
diharapkan mampu membuka sumbatan-sumbatan yang ada. Selain itu, zat
yang digunakan juga sekaligus berfungsi menghambat pertumbuhan kuman.
Namun biasanya ini hanya berlaku untuk saluran telur yang mengalami
perlekatan ringan.
Meski memberi efek terapi, HSG tidak dapat dilakukan berulang-ulang.
Mengapa? Efek radiasi yang timbul dikhawatirkan akan membahayakan si
ibu. Antara lain mengganggu kesuburan karena merusak sel telur di indung
telur.
Alternatif lain yang saat ini banyak dipilih adalah hydrosonografi.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan cairan kontras ke dalam
saluran rahim melalui vagina. Umumnya yang banyak digunakan adalah
cairan normalsaline. Bedanya dengan HSG, hasilnya dapat dilihat melalui
monitor saat pemeriksaan berlangsung. Pemeriksaan yang menggunakan alat
bantu USG ini memungkinkan pasien bisa ikut mengetahui secara langsung
lokasi terjadinya penyumbatan di saluran telur.
Utami Sri Rahayu. Ilustrator Pugoeh
Narasumber:
dr. H. Hendy Mochtar, Sp.OG
dari Bagian Kandungan RS Medika Permata Hijau, Jakarta