September 09, 2010

Masjid Agung Samarra


Kota Baghdad, Irak, dikenal sebagai Negeri 1001 Malam. Disebut demikian, karena berbagai keunikan yang ada di kota tersebut. Mulai dari bidang kesusasteraan, cerita unik, hingga peradaban. Karena itu, tak lengkap rasanya, bila punya kesempatan berkunjung ke Irak, tanpa menyaksikan keindahan kota tersebut.
Salah satu tempat yang layak dijadikan tujuan wisata adalah Masjid Agung Samarra. Masjid ini merupakan salah satu tempat ibadah terbesar yang pernah dibangun di dunia Islam. Masjid tersebut dibangun pada sekitar abad ke-9 Masehi atas perintah Khalifah Al-Mutawakkil, yakni khalifah ke-10 dari Dinasti Abbasiyah, yang berkuasa di Samarra dari tahun 833 hingga 842 M. Masjid ini terletak di sisi timur Sungai Tigris, tepatnya sekitar 125 kilometer ke arah utara ibu kota Irak, Baghdad. Dan, antara tahun 836 M (221 H) hingga 892 M (279 H), Samarra meru¬pakan ibu kota Kekhalifahan Abbasiyah.

Dalam makalahnya yang berjudul “The Mosque of al-Mutawakkil”, dosen Arkeologi Universitas Durham, Dr Derek Kennet, memaparkan, Masjid Agung Samarra mulai dibangun pada 836 M dan konstruksinya selesai dalam waktu 52 tahun. Seiring dengan perjalanannya, masjid ini sempat mengalami kerusakan. Namun, kemudian dibangun kembali antara tahun 849 dan 852 M. Dan, karena faktor usia, masjid ini dipergunakan sebagai tempat ibadah hingga akhir abad ke-11 M.
Secara sepintas, bangunan ini lebih mirip benteng pertahanan dibandingkan dengan masjid. Karena tak ada simbol-simbol khusus yang tampak dari kejauhan yang menandakan bahwa bangunan tersebut adalah tempat ibadah. Mengapa? Karena, bentuknya memang sangat tidak mirip dengan masjid. Seperti benteng per¬tahanan, bangunan ini secara keseluruhan kon¬struksinya menggunakan batu bata yang telah melalui proses pembakaran terlebih dahulu.

Menara spiral
Kalaupun ada tanda yang bisa disebut dengan masjid, mungkin hanya menaranya. Anehnya, ia bukan menara yang tampak umum dalam sebuah bangunan masjid yang bentuknya meruncing. Sebaliknya, bentuk menara Masjid Agung Samarra ini justru berbentuk spiral, kendati semakin ke atas juga tampak merun ¬cing.
Seperti umumnya menara, kalaupun ada cara untuk naik ke puncaknya, tangga dibangun di bagian dalam menara. Sedangkan Mesjid Agung samarra  ini, tangga melingkar justru dibangun berbarengan dengan bangunan menara yang berbentuk spiral. Dikisahkan, Khalifah Al-Mutawakkil pernah mencapai bagian atas menara ini dengan menunggang keledai putih miliknya.
Inilah keunikan dari Masjid Agung Samarra. Bentuk menara spiral ini mengingatkan pada menara Babel (the Tower of Babel) yang dibangun pada masa Kerajaan Babilonia yang memerintah di wilayah Mesopotamia oleh Nebuchadnezzar.
Menara berbentuk spiral ini disebut juga dengan Malwiyya. Tingginya mencapai 52 meter. Bagian dasar menara berbentuk empat persegi. Sedangkan pada bagian atas menara terdapat sebuah paviliun yang difungsikan sebagai tempat muazin mengumandang ¬kan suara azan. Keseluruhan dinding pada ruang tempat muazin ini terbuat dari material kayu.
Bangunan Masjid Agung Samarra berada di dalam lahan berpagar yang berukuran 374 meter kali 443 meter. Dengan luas 239 meter kali 156 meter men¬jadikan bangunan masjid ini sebagai yang terluas yang pernah ada dalam sejarah masjid di dunia Islam. Untuk memudahkan akses ke lokasi masjid, Pemerintah Irak membuat tiga jalan masuk seluas 52 meter.
Masjid ini mempunyai 16 pintu masuk, dengan 17 lorong yang terhubung dengan ruang shalat dan serambi masjid. Serambi masjid ini berhiaskan tiang¬tiang pilar rangkap tiga. Pada waktu shalat Jumat, bagian serambi masjid biasanya juga dipergunakan
untuk menampung para jamaah shalat Jumat yang tidak tertampung di dalam masjid. Desain bagian dalam ruang shalat Masjid Agung Samarra berhiaskan marmer yang membentuk pola segi delapan pada bagian sudut-sudut ruangan. Sementara bagian mihrab, dihiasi dengan mosaik
kaca. Kini hanya sebagian kecil dari potongan-potong an mosaik terse-but yang masih tersisa.
Penggalian yang dilakukan oleh Direktorat Pemeliharaan Bangunan Kuno Pemerintah Irak pada1960 silam berhasil mene¬mukan sebuah panel berupa potong an-potongan kaca berwarna biru tua yang berderet di dinding masjid.
Di bagian belakang mihrab, ter¬dapat sebuah bangunan kecil. Pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah, bangunan tersebut biasa digunakan sebagai tempat untuk menerima kunjungan khali¬fah, di samping sebagai tempat isti¬rahat untuk para imam masjid.

Warisan dunia
Sebagaimana dilansir kantor berita Agence France-Presse (AFP), Badan PBB bidang Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Budaya (UNESCO), telah menetap¬kan Masjid Agung Samarra di Irak ini sebagai salah satu bangunan yang masuk daftar tempat-tempat bersejarah di dunia atau World Heritage Sites.
Kota Samarra pernah menjadi ibu kota pemerintah ¬an Islam yang menguasai sejumlah provinsi di masa Kekhalifahan Dinasti Abbasiyah. Dinasti Abbasiyah yang berasal dari Tunisia melebarkan wilayah kekuasaannya hingga ke kawasan Asia Tengah pada abad ke-9 Masehi.
UNESCO memandang keberadaan Masjid Agung Samarra terancam. Menurut badan PBB tersebut, sejak invasi Amerika Serikat (AS) ke Negeri 1001 Malam beberapa waktu lalu itu, pasukan AS dan koalisinya kerap melakukan pengeboman ke tempat¬tempat suci di Irak, yang memiliki nilai sejarah tinggi.
Masjid ini sedikitnya pernah dua kali diserang, yang terakhir terjadi pada 13 Juni 2007. Serangan pertama terjadi pada 2006, berupa serangan bom yang meng¬hancurkan kubah emas masjid itu. Peristiwa ini memicu aksi saling balas serangan antara Muslim Suni dan Syiah di Irak

Tidak ada komentar: