April 28, 2011

Berkomunikasi - Hal Utama yang Harus Dimiliki Seorang Pemimpin

(Vibizmanagement – Leadership) - Dalam kehidupan seorang pemimpin, keberhasilannya ditentukan dari cara bagaimana dia dapat berkomunikasi dengan anak buahnya atau pekerjanya. Dan keberhasilannya dalam berkomunikasi itu dapat menjadi indikator bagi keberhasilan /kemajuan perusahaan yang dipimpinnya. Lingkaran pusat kepemimpinan adalah komunikasi. Komunikasi merupakan seni atau cara untuk menyampaikan sesuatu agar orang lain dapat memahami kita.

Didalam salah buku Stephen R. Covey ; The 7 Habits of Highly Effective People, mengatakan ; ”Komunikasi merupakan keterampilan paling penting dalam hidup. Kita menghabiskan sebagian besar jam bangun kita untuk berkomunikasi.”

Dalam memecahkan masalah bawahan, kita cenderung langsung untuk menyerbu masuk, dengan tujuan untuk memperbaiki segala sesuatu yang ada dalam masalah itu dengan nasihat yang baik, tetapi seringkali justru disitulah kita mengalami kegagalan. Mengapa kita mengalami kegagalan? Karena kita tidak meluangkan waktu terlebih dahulu untuk mendiagnosis masalah dan untuk benar-benar terlebih dahulu mengerti secara mendalam tentang masalah itu. Untuk itulah kita sebagai pemimpin memerlukan kecakapan untuk mencermati dan mempelajari masalah – masalah yang ada ketika kita mulai berkomunikasi untuk mencoba memahami problem/masalah yang ada. Dengan bertanya terlebih dahulu apa dan bagaimana masalah itu terjadi sama saja dengan kita mengumpulkan terlebih dahulu fakta-fakta atau keterangan-keterangan yang ada untuk kita dapat kemudian mengambil sebuah keputusan yang tepat.

Mari kita melihat sekilas contoh seorang pemimpin yang berhasil menurut pandangan dunia yaitu seorang Abraham Lincoln. Abraham Lincoln merupakan salah satu contoh pemimpin dunia yang sangat peka dan cermat dalam mempelajari masalah sebelum mengambil sebuah keputusan. Menurut Donald Phillips ( seorang penulis dan pembicara berkewarga negaran Amerika Serikat , dalam sebuah studinya mengenai kepemimpinan sosok Lincoln) menjabarkan, selama empat tahun menjabat presiden, seorang Abraham Lincoln telah menghabiskan sebagian besar waktunya di tengah-tengah prajurit dalam masa peperangan saat itu. Hampir setiap hari Presiden Amerika ini, lebih memilih untuk berjalan kaki dari Gedung Putih ke Kantor Menteri Pertahanan, Edwin M. Stanton, hanya untuk mendapatkan informasi lebih cepat dari medan peperangan. Padahal, sebagai presiden, Lincoln bisa saja duduk manis di kantornya menunggu kurir datang membawakan berita terbaru. Tapi hal tersebut bukanlah pilihan seorang Lincoln, karena ia lebih suka berada di dekat mesin telegram untuk mendapatkan informasi secepat mungkin tanpa menunggu lagi dari seorang kurir. Menurut Lincoln, dengan cara tersebut memungkinkan ia untuk mengetahui informasi terbaru yang ada dan mempelajarinya secepat mungkin untuk kemudian mengambil keputusan dengan tepat. Bagaimanapun pengalaman Lincoln berkomunikasi dalam masa berperang di tengah-tengah prajurit membuatnya sadar akan arti penting dari kecepatan dan ketepatan sebuah keputusan untuk para prajuritnya di medan perang, maupun untuk negaranya.

Abraham Lincoln telah memberikan kepada kita suatu contoh pengalaman pribadinya menjadi seorang pemimpin dalam membuat suatu keputusan yang sangat penting. Mencari dahulu keseluruhan informasi/data sampai mengetahui informasi mana saja yang relevan dengan permasalahan yang ada dan mengambil sebuah langkah penting dalam pengambilan keputusan.
Sebagian besar orang sering kali telah terpola untuk mengabaikan fakta yang ada dalam mengambil keputusan. Umumnya orang lebih cenderung untuk bergantung pada penilaian pribadinya atau penilaian orang yang dipercayainya daripada fakta yang ada, didalam dia mengambil sebuah keputusan. Sedangkan orang yang tidak tahu apa yang harus mereka lakukan, umumnya telah terjebak dalam kebiasaan membuat penilaian-penilaian tak berdasar atau bertindak menurut informasi yang tidak akurat, sehingga membuat keputusan yang mereka ambil jauh dari yang diharapkan.

Menilai suatu hal memang bukan suatu hal yang salah, yang salah adalah jika penilaian tersebut sudah tidak lagi bersifat objektif dan didasarkan atas prasangka tertentu. Berkomunikasi dengan cara mendengarkan pendapat atau penilaian orang lain sangat diperlukan, tetapi bukan menjadikannya dasar dari keputusan yang akan diambil.

Jadi, jika tidak ingin selalu terjebak dalam pola pikir yang mengandalkan penilaian yang mengakibatkan pengambilan keputusan yang salah, tidak ada salahnya mulai sekarang kita cermat dalam mempelajari setiap informasi/fakta yang ada terkait suatu masalah dengan cara berkomunikasi.

Tidak ada komentar: